31 Desember 2010


PENGANTAR PROSES KEPERAWATAN

PENGANTAR PROSES KEPERAWATAN
Sebelum proses keperawatan berkembang, perawat bekerja secara /berdasarkan instruksi dokter dan fokus utama pada penyakit serta belum ilmiah.
Tahun 1955., awal mula istilah keperawatan digunakan, Linda Hall mengembangkan proses keperawatan.
Tahun 1967, Univercity Catholic di Amerika mengemukakan tentang empat tahap proses keperawatan, yaitu; pengkajian, perencanaan, peleksanaan, dan evaluasi.
Tahun 1973, ANA, standar umum praktek keperawatan mengemukakan lima tahap proses keperawatan, yaitu; pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Tahun 1980, ANA,mengemukakan keperawatan adalah diagnosa dan pengobatan respon manusia yang aktual dan potensial pada masalah-masalah kesehatan.
Tahun 1982, The National Council of State Board of Nursing, mengemukakan lima tahap proses keperawatan, yaitu; pengkajian, analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pada tabel 9-1 banyak perawat dan kelompok yang mengkontribusi perkembangan proses keperawatan dan kemajuan diagnosa keperawatan, yaitu selain yang telah diuraikan di atas dan beberapa tokoh lainnya.
Jonson,D.E, 1959, proese keperawatan sebagai pengkajian, pengambilan keputusan, pelaksanaan adalah serangkaian tindakan untuk pemecahan masalah-masalah kesehatan dan evaluasi.
Knowlles, 1967 memberikan kesan pada “5 D” yaitu; menemukan , menyelidiki, menentukan/memutuskan, pelaksanaan dan membedakan.
Roy, Sr.C, 1976, menggunakan enam tahapan proses keperawatan yaitu; pengkajian pada perilaku pasien, pengkajian pada faktor-faktor yang mempengaruhi, identifikasi masalah, tujuan, pelaksanaan, memilih pendekatan, dan evaluasi.

KOMPONEN DARI PROSES KEPERAWATAN.
Proses adalah serangkaian tindakan yang direncanakan untuk mencapai tujuan. Proses keperawatan adalah suatu sistem, metode rasional, yang direncanakan dan memberikan asuhan keperawatan. Tujuannya adalah identifikasi masalah-masalah status klien, aktual dan potensial masalah-masalah perawatan kesehatan, membuat rencana pertemuan untuk identifikasi kebutuhan dan memberikan tindakan perawatan yang khusus pada kebutuhan tersebut.
Aplikasi pada proses keperawatan memerlukan bermacam-macam ketrampilan perawatan antara lain;
Hubungan interpersonal meliputi; komunikasi, mendengar, memberikan perhatian, terbaru, pengetahuan dan informasi.
Ketrampilan tehnik, ditunjang dengan penggunaan peralatan dalam pelaksanaan prosedur.
Ketrmpilan intelektual, yaitu problem solving, pemikir, dan pendapat.
Proses keperawatan yang sering digunakan adalah empat atau lima langkah. Komponen-komponen ini sering digunakan untuk mencapai tujuan dari proses. Dalam proses keperawatan, interaksi antara klien dan perawat adalah penting, seperti yang digambarkan sebagai berikut;




Assm.
Diagnosa
KLIEN Planing PERAWAT
I. EVAL.

Teori keperawatan berbeda penggunaannya dalam setiap langkah. Meskipun berbeda dalam aktifitas perawatan menggunakan proses yang berbeda.
Untuk contoh diagnosa perawatan menggunakan analisa, dan implementasi atau intervensi
Gambaran dalam lima langkah proses keperawatan memeakai beberapa buku sumber.
Komponen-komponen dalam proses keperawatan didiskusikan secara mendalam sebagai berikut:
1. Pengkajian: adalah pengumpulan data, membuktikan data tentang status kesehatan seorang klien. Data tentang fisik,emosi,pertumbuhan,sosial,kebudayaan, intelektual,dan aspek spiritual. Keahlian dalam melakukan observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat penting untuk mewujudkan fase proses keperawatan.
2. Diagnosa : merupakan sebuah proses yang menghasilkan suatu pernyataan atau diagnosa keperawatan. Dalam fase ini, perawat mengelompokkan data, apakah masalah yang aktual atau potensial dimana klien membutuhkan pertolongan perawatan? Untuk menguatkan diagnosa adalah analisa. Analisa adalah mengidentifikasi macam-macam sistem tubuh. Suatu masalah kesehatan yang aktual adalah kehadiran faktor-faktor beresiko yang disembunyikan untuk klien dan keluarga terhadap masalah-masalah kesehatan.
3. Perencanaan ; Mencakup sekelompok langkah-langkah dimana perawat dan klien menyusun prioritas, tujuan , hasil yang diharapkan dan menetapkan suatu rencana untuk memecahkan atau mengurangi masalah klien.
4. Pelaksanaan: Menerapkan rencana pelayanan keperawatan dalam tindakan. Selama fase ini perawat meneruskan pengumpulan data, melakukan perawatan untuk pendekatan perseorangan dan mengarahkan rencana tindakan. Untuk mengarahkan rencana keperawatan perawat menentukan :
• Prioritas klien dipertimbangkan
• Rencana kegioatan keperawatan terlaksana dan menolong klien mencapai hasil yang diinginkan.
• Rencana tersendiri untuk memenuhi kebutuhan klien.
5. Evaluasi : adalah pengkajian respon klien terhadap penerapan keperawatan dan membandingkan respon standar yang ditentukan. Standar ini sering disebut dengan kriteria hasil. Perawat bertujuan memperluas hasil atau tujuan perawatan yang telah ditentukan telah tercapai, tercapai sebaian, atau tak tercapai. Kalau tidak tercapai, dibutuhkan pengkajian kembali, perencanaan, dan bisa mencakup perubahan dalam beberapa fase proses keperawatan, karena setiap langkah mempengaruhi langkah lainnya karena saling berkaitan.
Proses perawatan adalah adaptasi pada tehnik pemecahan ,masalah dan sitem-sistem teori. itu dapat dibandingkan dengan proses kedokteran/medik. Lihat tabel.
II.
III. TABEL PERBANDINGAN PROSES KEPERAWATAN DAN PROSES KEDOKTERAN

Nursing Proses Medical Proses
Assessing
Mengumpulkan data dari
• Cerita perawat
• Pemeriksaan kesehatan
• Meninjau catatan
• Konsultasi dengan anggota team lain
• Meninjau literatur Assessing
Pengumpulan data dari
• Cerita dokter
• Pemeriksaan fisik
• Test diagnosa
• Meninjau literatur
Diagnosing
• Analisa dan sintesis dari data
• Identifikasi dari problem kesehatan
• Penugasan diagnosa perawat Medical diagnosis
• Mengorganisasi data
• Analisa dan interpretasi data
• Perumusan sebuah diagnosa
Planning
• Pembuatan prioritas
• Pembuatan tujuan
• Perkembangan sasaran
• Menuliskan rencana perawat (NCP)
• Penyerahan kegiatan keperawatan Medical planning
• Pembuatan prioritas
• Pembuatan tujuan untuk terapi
• Menuliskan perencanaan terapi
Implementing
• Preimplementasi intervensi
• Pelaksanaan
• Sesudah pelaksanaan strtegi; memperbaharui data yang jelek, meninjau dan merevisi rencana.
Therapi
Pesanan dokter
Therapi dokter
Penyerahan

Evaluating
• Pengumpulan data tentang respon pasien
• Perbandingan data obyek yang tidak dapat dipungkiri dan tujuan
• Determinasi effektifan rencana keperawatan
• Analisa akibat pengaruh variabel
• Modifikasi care plan Evaluating
• Pembuatan keefektifan terapi dokter dalam hubungan tujuan
• Analisis pada variabel
• Merevisi rencana kebutuhan terapi

IV. KEUNTUNGAN PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan sangat penting untuk perawat dan klien. Manfaat berikut dijelaskan dalam Atkison dan Murray, 1986, pp 5-7.

Keuntungan bagi klien
• Kualitas asuhan keperawatan klien
• Asuhan keperawatan yang kontinue
• Partisipasi klien dalam merawat kesehatannya.

Keuntungan bagi perawat
• Pendidikan bertambah
• Kepuasan kerja
• Pengembangan profesional
• Mneghindari tindakan illegal (Philpott, 1985,p.79)
• Penemuan standar profesional keperawatan
• Penemuan standat dan akreditasi rumah sakit.


KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN
• Merupakan sistem yang terbuka, fleksibel, dan dinamis
• Dilakukan melalui pendekatan secara individual pada pemenuhan kebutuhan klien
• Direncanakan
• Diarahkan untuk mencapai tujuan
• Fleksibel untuk menemukan kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat
• Memerlukan kreatifitas perawat dan klien dalam menemukan cara-cara mengatasi atau memecahkan masalah kesehatan.
• Merupakan hubungan interpersonal yang membutuhkan perawat untuk berkomunikasi secara langsung dan konsisten dengan pasien/klien untuk menemukan kebutuhannya.
• Merupakan suatu siklus, semua tahap saling berhubungan dan bukan merupakan awal atau akhir yang absoulut.
• Menekankan hubungan timbal balik yang dilakukan untuk mengkaji ulang masalah rencana keperawatan.
• Dapat diterapkan secara universal. Proses keperawatan digunakan sebagai kerangka kerja asuhan keperawatan berbagai tipe pelayanan kesehatan.

KERANGKA KERJA SEBAGAI SUATU PERTANGGUNGJAWABAN
Tanggung jawab adalah suatu kondisi yang dapat dijawabkan dipertanggungjawabkan pada seseorang atas perilaku khusus yang merupakan bagian dari peran perawat profesional. Proses keperawatan memberikan kerangka kerja untuk mempertanggungjawabakan dan mempertanggung gugat keperawatan serta memaksimalkan tanggung jawab dan tanggung gugat standar pelayanan. (Law, 1983). Perawat bertanggung jawab pada klien, organisasi profesi, kolega, tempat kerja, dan dirinya sendiri. Selain itu proses keperawatan memberikan kerangka kerja untuk pertanggungjawaban pada kegiatan-kegiatandi lima fase, yaitu: Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi.


V. PENGANTAR PROSES KEPERAWATAN
Isi Pembahasan
Sejarah persepektif proses keperawatan
Komponen proses keperawatan
Manfaat proses keperawatan bagi perawat dan bagi klien
Ini mempunyai tujuan untuk dapat :
• Menggambarkan komponen proses keperawatan
• Mengidentifikasikan sumbangan perawat-perawat yang terpilih terhadap pengembangan proses keperawatan
• Mengidentifikasikan aktifitas-aktifitas keperawatan yang terlibat pada masing-masing komponen proses keperawatan
• Mengidentifikasi kerekterisrik esensial proses keperawatan
• Membuat daftar manfaat proses keperawatan bagi perawat
• Membuat daftar manfaat proses keperawatan bagi klien
• Menggambarkan proses keperawatan sebagai kerangka bagi pertanggungjawaban dan tanggung gugat.
VI.
Persepektif sejarah proses keperawatan.

Sebelum proses keperawatan berkembang para perawat cenderung memberikan perawatan berdasarkan pesan tertulis secara fisik dan difokoskan pada keadaan penyakit tertentu dari orang yasng dirawat.
Praktek keperawatan yang diberikan secara independent tantang keadaan fisik yang sering didukung oleh intuisi dan pegalaman dari pada metode ilmiah.
Kerangka proses keperawatan merupakan implikasi yang relatif baru. Pda tahun 1955 Hall mendapoat gagasan istilah proses keperawatan. Sejak saat itu bebrbagai perawat telah menggambarkan proses keperawatan dengan cara yang berbeda-beda.
Wiendeubach (1963), menggambarkan tiga langkah dalam keperawatan : observasi, melayani serta membantu dan validasi.
Knowle (1967,pp. 248-72), menyarankan “ 5 D “ perlu bagi penerapan keperawatan; discaver, delve, decide, do, dan discriminate (penemuan, penyelidikan, menentukan, melaksanakan, dan memisahkan).
Pada tahun 1967 Western Interstate Commission of Higher Education (WICHE), mengidentifikasikan proses keperawatan dengan lima langkah: persepsi, komunikasi, interpretasi, intervensi, dan evaluasi.
Juga pada tahun yang sama Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Katholik Amerika mengusulkan empat komponen proses keperawatan; Assessment, planing, intervention, dan evaluation.
Pemakaian proses keperawatan dipraktek klinik didapat legitimasi tambahan dalam tahun 1973, ketika Perkumpulan Perawat Amerika (ANA) menerbitkan standar praktek keperawatan; pengkajian, diagnosa, rencana, intervensi, dan evaluasi.
Selanjutnya sejumlah negara merevisi undang-undang praktek keperawatan serta aspek-aspek keperawatan, proses pearwatan berkembang secara teori dan secara klinik, istilah diagnosa keperawatan mendapat pengakuan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam literatur ilmu keperawatan.

Komponen dari prakterk keperawatan.
Proses adalah serangkain tindakan atau perilaku yang yang teratur yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses keperawatan merupakan perencanaan pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional. Tujuannya mengidentifikasi status kesehatan klien, masalah kesehatan aktual atau potensial, untuk membuat rencana sesuai kebutuhan dan memberikan tindakan perawatan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya.

Proses perawatan adalah suatu siklus dimana komponen-komponen praktek keperawatan mengikuti urutan yang logis tetapi lebih dari satu komponen dapat berlangsung bersamaan(dalam satu waktu)
Untuk dapat menggunakan proses keperawatan secara effektif bagi kebutuhan klien, perawat harus bekerja sama dengan klien. (Individu, keluarga, dan masyarakat). Jika klien tidak dapat ambil bagian dalam perencanaan dan pengambilan keputusan anggota keluarga dapat diajak untuk mewakili klien.
Dalam penerapan praktek keperawatan memerlukan bermacam-macam ketrampilan dari perawat, meliputi; ketrampilan interpersonal, tehnik dan intelektual. Adapun proses keperawatan terdiri atas empat atau lima tahap. Ynag empat tahap terdiri dari; pengkajian, perencanaan, pelaksanaan , dan evaluasi. Pada sistem ini diagnosa termasuk dalam pengkajian. sedangkan pada sistem lima tahap terdiri dari; pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Penjelasan singkat tentang kelima komponen praktek keperawatan adalah;
Pengkajian
adalah pengumpulan data, pembuktian dan pengorganisasian data mengenai status kesehatan klien.
Data tentang fisik , emosional, perkembangan, sosial budaya, intelektual, dan spiritual didapatkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan dan pengambilan keputusan untuk tahap berikutnya. Ketrampilan observasi komunikasi dan wawancara serta pemeriksaan fisik sangat diperlukan dalam tahap ini.

Diagnosa
adalah pernyataan mengenai gangguan kesehatan klien baik yang aktual maupun potensial, dimana perawat berhak dan mampu untuk mengatasinya. Pada fase ini perawat memilih dan mengelompokkan data status kesehatan, akan masalah aktual dan potensial yang mana dari klien memerlukan bantuan dan faktor-faktor penyebab masalah tersebut. Respon terhadap jawaban tersebut menjadi diagnosa keperawatan. Proses membuat diagnosa disebut; analisa.

Perencanaan
Merupakan serangkaian langkah dimana perawat dan klien menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang diharapkan dan membuat rencana tertulis mengenai tindakan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi dan untuk mengkoordinasikan pemberian asuhan dari seluruh tim kesehatan. Dalam berkolaborasi dengan klien, perawat menentukan intervensi yang specifik untuk tiap diagnosa keperawatan.


Implementasi
adalah pelaksanaan dari tindakan yang direncanakan serta memvalidasi perencanaan yang dibuat atau mendelegasikannya kepada orang yang tepat. Melanjutkan pengumpulan data tidak hanya untuk mengetahui perubahan data (kondisi pasien) yang terjadi, tetapi juga untuk mendapatkan kejadian (data) untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pda tahap berikutnya. Untuk mengvalidasi perencanaan perawat menentukan;
Apakah prioritas klien sudah dipertimbangkan
Apakah rencana tindakan yang direncanakan realistis dan dan dapat membantu mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Apakah rencana sudah individual untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien.

Evaluasi
Adalah mengkaji respon klien terhadap tindakan-tindakan dan membandingkannya dengan standar yang ditetapkan. Standar ini sering disebutu kriteria hasil. Perawat menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai, sudah tercapai semua, sebagian, atau belum tercapai. Jika belum tercapai , perawat melakukan pengkajian ulang mengenai rencana asuhan. Pengkajian ulang dapat merubah sebagian atau seluruh langkah-langkah dari proses keperawatan.

Kegunaan proses keperawatan.
Praktek keperawatan penting bagi perawat dan klien.
Bagi klien
• Asuhan yang berkualitas. Proses keperawatan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang unik. Evaluasi dan pengkajian berulang/berkelanjutan mengenai kelayakan asuhan keperawatan.
• Asuhan berkelanjutan. Rencana perawatan yang tertulis dapat dikaji oleh seluruh anggota tim pemberi asuhan dan dapat mencegah pengulangan informasi bagi klien dan pemberi asuhan.
• Partisipasi klien dalam pemeliharaan kesehatan. Proses tersebut dapat membantu klien mengembangkan ketrampilan yang terkait dengan asuhan kesehatannya dan lebih memperhatikan tujuan asuhan.

Bagi perawat
• Pendidikan perawatan yang sistematis dan konsisten.
The National Legue for Nursing (NLN) yang mengatur akreditasi program pendidikan keperawatan menghendaki sarjan yang kompoten dalam menggunakan proses keperawatan.
• Kepuasan kerja yang tertulis baik memberikan kepercayaan diri perawat, yang mana tindakan keperawatan didasarkan pada identifikasi yang akurat dari masalah klien, sehingga mencegah terjadinya tak terorganisir, mencoba dan salah. Perencanaan memberikan kepuasan jika tujuan tercapai.
Pertumbuhan profesional :Dengan mengevaluasi efektifitas tindakan, perawat belajar mengenai tindakan keperawatan mana yang efektif dan mana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses tersebut meningkatkan ketrampilan dan pengalaman perawat.
• Menghindari aspek tindakan legal (hukum)
Ketika setiap tahap dari proses keperawatan digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat mempunyai tanggung jawab hukum terhadap klien. Kegagalan dalam melaksanakan pengkajian atau membuat perencanaan akan membawa kosekuensi legal.
• Mendapatkan standar keperawatan profesional.
Kriteria dalam standar praktek keperawatan yang dikembangkan ANA didasarkan pada langkah-langkah dari proses keperawatan.
• Mendapatkan/memenuhi standar akreditasi rumah sakit.: Joint Comition af Acreditation Healt Organitation American menginginkan penerapan proses pearwatan dan rencana tertulis harus disediakan untuk setiap klien yang dirawat di rumah sakit. “Registered Nurse” bertanggung jawab atas hal ini.

Karakteritik proses keperawatan
• Sistem terbuka, fleksibel, dan dinamis
• Merupakan pendekatan yang individual untuk tiap-tiap bagian kebutuhan klien
• Terencana
• Terarah untuk tujuan
• Fleksibel untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat.
• Memungkinkan kreatifitas bagi perawat dan klien dalam menentukan tindakan untuk memecahkan masalah yang ditetapkan.
• Merupakan interpersonal. Menuntut perawat untuk berlangsung dan konsisten berkomunikasi dengan klien untuk memenuhi kebutuhannya.
• Siklikal. Tak ada awal dan akhir secara absoulut.
• Menekankan pada feed back (umpan balik)
• Dapat digunakan secara universal, diberbagai tempat pelayanan dan pada klien semua kelompok umur.

VII. TABEL 9.3 PILIHAN PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PROSES KEPERAWATAN

KOMPONEN PENGETAHUAN KEMAMPUAN
Assessing Sistem Biopsikososial dan Spiritual manusia.
Kebutuhan perkembangan manusia.
Kesehatan
Kesakitan
Patofisiologi
Sistem keluarga
Budaya dan nilai pribadi dan klien
Lingkungan Menilai secara sistematis
Komunikasi secara efektif
Menetapkan haubungan suatu pertolongan
Mendapatkan sejararh kesehatan
Melakukan penilaian perawatan fisik




Diagnosing Kategori diagnosa perawat bahwa perawat dapat mengenali dan mengobati.
Faktor etiologi diagnosa keperawatan
Tanda atau karakteristik diagnosa keperawatan.
Faktor resiko teman sejawat dengan potensial dignosa keperawatan.
Standar ukuran normal
Mekamisme koping individual
Membedakan isyarat dan kesimpulan
Berpikir secara kritik
Dapat berfikir secara induktif dan deduktif
Mengorganisasi data
Mengenali isyarat dan hubungan
Menghasilkan dan test hipotesis sementara
Membuat suatu diagnosa perawat.
Planning Nilai-nilai dan kepercayaan klien lapangan praktek keperawatan sumber yang ada gunanya pelaksanaan keperawatan
Intervensi (campur tangan) peran dari personil kesehatan lain



Memecahkan masalah
Membuat keputusan
Menulis tujuan klien yang menceritakan pada diagnosa keperawatan dalam kolaborasi dengan klien.
Memprioritaskan tempat
Menulis akibat tindakan yang menceritakan untuk tujuan.
Memilih dan membuat strategi keperawatan yang melindungi dan cocok untuk menjumpai tujuan klien.
Menulis keperawatan lainnya
Mendapatkan kerja sama dan partisipasi klien dan personil kesehatan lainnya.

Implementing Bahasa fisik dan keselamatan
Asepsi
Prosedur
Menggunakan peralatan
Organization
Management
Learning
Perubahan teori
Sokongan anjuran
Kebenaran klien
Perkembangan level klien Observasi secara sistematik
Komunikasi secara efektif
Memelihara suatu hubungan saling menolong
Melakukan tehnik psikomotor
Membicarakan cara menolong diri sendiri
Menyampaikan caring.
Perbuatan menganjurkan klien.
Mengrurus
Supervisi dan evaluasi pekerjaan lyang lain.
Melaksanakan medikan yang lain.

Evaluating Tujuan klien dan hasil kriteria
Respon klien untuk intervensi nursing. Mendapatkan data yang relevan untuk membandingkan dengan hasil kriteria.
Menarik kesimpulan mengenazi tujuan yang dicapai.
Menceritakan perbuatan keperawatan untuk hasil kriteria.
Menaksir rencana asuhan keperawatan.

VIII.
IX.
X. TABEL PERBANDINGAN PROSES KEPERAWATAN DAN PROSES
XI. KEDOKTERAN

Nursing Proses Medical Proses
Assessing
Mengumpulkan data dari
• Cerita perawat
• Pemeriksaan kesehatan
• Meninjau catatan
• Konsultasi dengan anggota team lain
• Meninjau literatur Assessing
Pengumpulan data dari
• Cerita dokter
• Pemeriksaan fisik
• Test diagnosa
• Meninjau literatur
Diagnosing
• Analisa dan sintesis dari data
• Identifikasi dari problem kesehatan
• Penugasan diagnosa perawat Medical diagnosis
• Mengorganisasi data
• Analisa dan interpretasi data
• Perumusan sebuah diagnosa
Planning
• Pembuatan prioritas
• Pembuatan tujuan
• Perkembangan sasaran
• Menuliskan rencana perawat (NCP)
• Penyerahan kegiatan keperawatan Medical planning
• Pembuatan prioritas
• Pembuatan tujuan untuk terapi
• Menuliskan perencanaan terapi
Implementing
• Preimplementasi intervensi
• Pelaksanaan
• Sesudah pelaksanaan strtegi; memperbaharui data yang jelek, meninjau dan merevisi rencana.
Therapi
Pesanan dokter
Therapi dokter
Penyerahan

Evaluating
• Pengumpulan data tentang respon pasien
• Perbandingan data obyek yang tidak dapat dipungkiri dan tujuan
• Determinasi effektifan rencana keperawatan
• Analisa akibat pengaruh variabel
• Modifikasi care plan Evaluating
• Pembuatan keefektifan terapi dokter dalam hubungan tujuan
• Analisis pada variabel
• Merevisi rencana kebutuhan terapi

Medical diagnosa mempunyai lima fase;
1. Suspected diagnosis mengikuti inisial (awal) keluhan pasien
2. Tentative diagnosis mengikuti sejarah kedokteran
3. Provisional diagnosis mengikuti pemeriksaan fisik
4. Devinitive diagnosis diagnosa test
5. Anatomic diagnosis mengikuti suatu post mortem.
A. HUBUNGAN DI ANTARA KLIEN DAN PERAWAT. MENGIKUTI DAN MENDALAMI KOTAK RANGKUMAN KARAKTERISTIK PROSES NURSING.
B. .PENTINGNYA PROSES NURSING
Proses keperawatan penting pada klien dan perawat. Mengikuti Benefits telah diceritakan pada ( Atkinson dan Murray, 1986, PP 5 - 7 )
XII. PENTING UNTUK PERAWAT
• Kualitas perawat klien.
Asuhan keperawatan dibutuhkan untuk menemukan bermacam kebutuhan individu, keluarga, atau masyarakat. Evaluasi selanjutnya dan menaksirkan perubahan klien. Menjamin kebutuhan level asuhan yang cocok.
• Asuhan selanjutnya.
Menuliskan rencana asuhan dapat diperoleh pada semua orang meliputi perawatan kliendan pencegahan klien serta penemuan untuk memperbaiki informasi dan preferens pada setiap pemberian asuhan.
• Partisipasi oleh klien dalam perawatan kesehatannya. Proses keperawatan dapat menolong klien untuk menumbuhkan kemempuan usaha perawatan kesehatannya, dan menjadi lebih komitmen pada tujuan keperawatan.

C. EVOLUSI PROSES KEPERAWATAN
Orlando, I.J. (1961)
Mengemukakan bahwa proses keperawatan sebagai interaksi dan proses tersebut terdiri dari tiga tahap: peri laku klien, reaksi perawat, dan tindakan perawat.
Henderson, V. (1965)
Menyatakan bahwa proses keperawatan seperti langkah-langkah metode ilmiah.
Wiedenbach, E. (1963-1970)
Memperkenalkan tiga langkah proses keperawatan : Identifikasi bantuan yang diperlukan, mengatur bantuan, validasi bahwa bantuan telah diberikan
Knowes, L (1967)
Memperkenalkan teori “Five Ds” dari proses keperawatan ; discover, delve, decide, do.
Catholic Univercity of America (1967)
Mengajukkan empat komponen proses keperawatan; pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Orem, D. (`1971)
Menyatakan bahwa ada tiga langkah dalam asuhan perawatan; penentuan kebutuhan asuhan awal dan berkelanjutan, mendesain tindakan keperawatan yang dapat mencapai tujuan klien, memulai, mengarahkan, dan mengontrol tindakan.
AN (American Nursing Asociation, 1973)
Mengemukakan lima langkah proses keperawatan; pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Roy, SrC. 91976)
Menggunakan enam langkah proses keperawatan; pengkajian, tingkah laku klien, pengkajian faktor yang mempengaruhi, identigikasi massalah, penentuan tujuan, entervensi, seleksi pendekatan, dan evaluasi. Mengajukan istilah diagnosa perawatan.
D. KOMPONEN PROSES KEPERAWATAN
Suatu proses adalah serangkaian tindakan atau perilaku yang terencana yang ditujukan yntuk mecapai tujuan. Proses keperawatan merupakan metode perencanaan, dan pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional. Tujuannya untuk mengidentifikasi status kesehatan klien, masalah aktual dan potensial dari kesehatan klien, untuk membuat perencanaan untuk memenuhi kebutuhan yang teridentifikasikan, dan untuk memberikan tindakan keperawatan tertentu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Proses keperawatan bersifat siklikal, dimana komponen-komponen proses keperawatan mengikuti urutan yang logis tetapi lebih dari satu komponen dapat berlangsung bersamaa(dalam satu waktu).
Untuk menggunakan proses keperawatan secara sangat efektif dan individual bagi tiap kebutuhan klien, perawat harus kerja sama dengan klien. Individu, keluarga, atau masyarakat dapat dipertimbangkan sebagai klien. Jika klien tidak dapat ambil bagian dalam perencanaan dan mengambil keputusan, anggota keluarga dapat diajak untuk berpartisipasi mewakili klien.
Penerapan proses keperawatan memerlukan berbagai macam ketrampilan dari perawat, meliputi ; ketrampilan interpersonal, tehnik, dan itelektual. Ketrampilan interpersonal termasuk komunikasi, mendengar, menarik perhatian, membina hubungan saling percaya, memberi pengertian/informasi dan perhatian. Ketrampilan tehnik dimanifestasikan dalam kemampuannya menggunakan alat dan melaksanakan prosedur. Ketrampilan intelektual yang diharapkan perawat termasuk pemecahan masalah, berfikir kritis, dan membuat keputusan keperawatan. Pembuatan keputusan terlibat dalam setiap tahap proses keperawatan (Yura and Wallsh, 1988, p. 108)
Proses keperawatan terdiri atas rangkaian empat atau lima tahap. Kempat tahap tersebut adalah; pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada sistem ini diagnosa termasuk dalam pengkajian. Pada sistem lima langkah, terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa, perencanaan, intervensi, dan evakuasi.
Kedua sitem, empat dan lima langkah tersebut memberikan struktur yang terorganisasi dalam mencapai tujuan proses. Dalam kedua proses keparawatan tersebut antara perawat klien sangat penting terlihat dalam diagram berikut;
Penjelasan singkat megenai kelima komponen p[roses keperawatan tersenut adalah sebagai berikut;
• Pengkajian
Adalah pengumpulan, verifikasi, dan pengorganisasian data mengenai status kesehatan klien. Data tentang fisik, emosional, perkembangan, sosial budaya, intelektual, dan spiritual didapatkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar tindakan dan pengambilan keputusan untuk tahap berikutnya. Ketrampilan observasi, komunikasi, dan wawancara serta pemeriksaan fisik sangat diperlukan dalam tahap i
• Diagnosa
Yaitu proses yang menghasilkan sesuatu pernyataan diagnostik. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan mengenai gangguan kesehatan klien baik yang aktual atau potensial, dimana perawat berhak dan mampu untuk mengatasinya. Pada fase ini perawat memilih/meringkas dan mengelompokkan data dan kemudian bertanya “ masalah aktual dan potensial apa dari status kesehatan yang mana klien memerlukan bantuan” dan “faktor-faktor pentebab masalah” tersebut. Respon terhadap jawaban tersebut menjadi diagnosa keperawatan. Proses untuk membuat diagnosa dinamakan analisa. Menganalisa adalah memecah keseluruhan mejadi bagian=bagian. Masalah aktual adalah masalah yang ada pada saat ini. Masalah poitensial adalah adanya resiko atau faktor-faktor yang merupakan predisposisi seseorangh atau keluarga untuk mengalami masalah kesehatan.
• Perencanaan
Merupakan serangkaian langkah dimana perawat danklien menyusun prioritas, menulis tujuan dan hasil yang diharapkan, dan membuat rencana tertulis mengenai tindakan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi, dan untuk mengkoordinasikan pemberian asuhan dari seluruh tim kesehatan. Daam berkolaborati dengan klien, perawat menentukan intervensi yang spesifik untuk tiap diagnosa keperawatan.
• Implementasi
Adalah pelaksanaan dari tindkan perencanaan. Selama tahap ini perawat melanjutkan pengumpulan data, melaksanakan tindakan yang telah ditetapkan atau mendelegasikannya kepada orang yang tepat, serta mengvalidasikan perencanaan yang dibuat.Kelanjutan pengumpulan data tidak hanya untuk megetahui perubahan data (konsisi klien) yang terjadi tetapi juga untuk mendapatkan kejadian (data) untuk mengevaluasi pencapaian tujuan pada tahap berikutya. Untuk memvalidasi perencanaan perawat menentukan ; (a) Apakah prioritas klien sudah diperhitungkan, (b). Apakah rencana yang direncankan realitas dan dapat membantu mecapai tujuan yang telah ditetapkan. ©. Apakah rencana sudah individual untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien.
• Evaluasi
Adalah mengkaji respon klien terhadap tindakan dan membandingkannya dengan standart yang ditetapkan. Standar ini sering disebut juga kriteria hasil. Perawat menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai, sudah tercapai semua, sebagian, atau belum tercapai. Jika belum tercapai perawat memerlukan pengkajian ulang mengenai rencana asuhan. Pengkajian ulang dapat merubah sebagian atau seluruh langkah-langkah dari proses keperawatan.
Perbandingan Proses Keperawatan dengan Proses Medis
Proses Keperawatan Proses Kedokteran
Pengkajian
• Pengumpulan data dari
• Riawayat perawatan
• Pemeriksaan kesehatan
• Reviw catatan
• Konsultasi dengan anggota team yangh lain
• Review literatur

Diagnosa
• Analisa dan sintesa data
• Mengidentifikasi masalah kesehatan
• Formulasi diagnosa keperawatan

Perencanaan
• Penulisan rencana asuhan Penetapan prioritas
• Penetapan tujuan
• Pengembangan objektif
• keperawatan
• Pendelegasian tindakan perawatan

Implementasi
• Tindakan preimplementasi
• Implentasi
• Strategi postimplementasi update data dasar, review dan memperbaiki perencanaan.

Evaluasi
• Pengumpulan tetang respon klien
• Perbandingan data dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan
• Menetapkan efektifitas rencana asuhan
• Menganalisa faktor yang mempengaruhi hasil
• Modifikasi rencana asuhan Pengkajian
• Pengumpulan data dari
• Riwayat medis
• Pemeriksaan fisik
• Test diagnosa
• Review literatur



Diagmosa
• Organisasi data
• Analisa dan interpretasi data
• Formulasi satu diagnosa

Perencanaan
• Menetapkan prioritas
• Penetapan tujuan tera
• Penulisan rencana terapi




Therapi
• Perintah dokter
• Terapi medis
• Referrals



Evaluasi
Mnentukan efektifitas terapi medis
Analisa variabel
Revisi rencana pengobatan seperlunya.





1. KEGUNAAN PROSES KEPERAWATAN
Proses keperawatan penting bagi perawat dan klien.
Bagi Klien
• Asuhan yang berkualitas, proses keperawatan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang unik. Evaluasi dan reasesmen yang berulang-ulang/berkelanjutan mengenai perubahan kebutuhan klien menjadi tingkat kelayakan asuhan.
• Asuhan berkelanjutan, rencana perawatan yang tertulis dan dapat dikaji oleh seluruh anggota team pemberi asuhan dan dapat mencegah pengulangan informasi bagi klien dan preference pada tiap pemberi asuhan.
• Partisipasi klien dalam asuhan kesehatanya. Proses tersebut dapat membantu klien mengembangkan ketrampilan yang terkait dengan asuhan kesehatannya dan lebih memperhatikan asuhan.

a. Bagi Perawat
• Pendidikan perawatan yang sistematis dan kosisten.
The National Legue for Nursing (NLN) yang mengatur akreditasi program pendidikan perawatan, menghendaki sarjana yang kompoten dalam menggunakan proses keperawatan.
• Kepuasan kerja
Rencana keperawatan yang tertulis baik memberikan kepercayaan diri perawat yang mana tindakan keperawatan didasarkan pada identifikasi yang akurat dari masalah pasien, sehingga mencegah terjadinya tak terorganisir, trial, and error. Perencanaan memberikan kepuasan jika tujuan tercapai.
• Pertumbuhan profesional
Dengan mengevaluasi efektifitas tindakan perawat mengenal tindakan keperawatan mna yang efektif dan mana yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan klien. Proses tersebut meningkatkan ketrampilan dan pengalaman perawat.
• Menghindari aspek ligal (hukum)
Ketika setiap tahap dari proses keperawatan digunakan untuk m,emberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat mempunyai tanggung jawab hukum kepada klien. Kegagalan dalam melaksanakan pengkajian atau pembuatan perencanaan akan membawa koksekuensi legal (hukukm).
• Mendapatkan standart keperawatan profesional
Kriteria dalam standart keperawatan praktis (praktek keperawatan) yang dikembangkan ANA didasarkan pada langkah-langkah dari proses keperawatan.
• Mendapatkan atau memenuhi standart akreditasi rumah sakit
Joint Comition on Acreditation Healt Organisation American menginginkan penerapan proses keperawatan dan rencana asuhan harus disediakan untuk setiap klien yang dirawat di rumah sakit. “Registered nurse” bertanggung jawab atas hal ini.
1) Kriteria Proses Keperawatan
• Sistem terbuka, fleksibel, dan dinamis
• Merupakan pendekatan yang individual untuk tiap-tiap bagian kebutuhan klien
• Terencana
• Terarah untuk tujuan
• Fleksibel untuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga, dan masyarakat
• Memungkinkan kreatifitas bagi perawat dan klien dalam menentukan masalah yang ditetapkan.
• Merupakan interpersonal. Menurut untuk secara langsung dan konsisten berkomunikasi dengan klien untuk memenuhi kebutuhannya.
• Siklikal. Tidak ada awal dan akhir secara absolut.
• Menekankan pada feed back (umpan balik)
• Dapat digunakan secara universal. Dapat digunakan diberbagai tempat pelayanan dan pada klien semua kelompok umur.

2. KERANGKA KERJA UNTUK TANGGUNG GUGAT
Tanggung gugat adalah dimana seseorang dapat menjawab dan bertanggung jawab atas perilaku tertentunya yang merupakan bagian dari peran perawat profesional. Perawat bertanggung jawab kepada klien, profesi, kolega, instansi tempat kerja, dan kepada diriya sendiri.
Perawat profesional bertanggunga jawab gugat terhadap aktifitas terhadap setiap tahap proses keperawatan.
2) Pengkajan
Perawat bertanggung gugat untuk mengumpulkan informasi, mendukung partisipasi klien, dan keputusan validasi data. Ketika mengkaji perawat bertanggung jawab gugat atas adanya kesenjangan, ketidakakuratan, dan kekaburan Ubias data.
3) Diagnosa
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan masalah klien (diagnosa keperawatan). Apakah masalah kesehatan tersebut dikenali oleh klien atau hanya perawat saja ?
Apakah dalam menetapkan asalah tersebut perawat sudah memperhatikan seluruh aspek (bio-osiko-sosial-spiritual).
4)
5) Perencanaan
Perawat bertanggung gugat atas penentuan prioritas, menetapkan tujuan klien , memperkirakan hasil, dan perencanaan tindakan keperawatan.
6) Implementasi
Perawat bertanggung gugat atas semua tindakannya dalam memberikan asuhan keperawatannya. Tindakan tersebut baik yang dilaksankan secara madiri atau berkolaborasi dengan yang lain. Sering kali perawat mendelegasikan suatu tidakan kepada yang lain, dalam hal ini perwat masih bertanggung gugat atas apa yang didelegasikan, dan bagaimana delegasi tersebut dilaksanakan. Tindakan keperawatan harus dicatat setelah dilaksanakan, sehingga memberikan rekaman tertulis.
7) Evaluasi
Dengan menetapkan tingkat pencapaian tujuan, perawat bertanggung gugat terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam tindakan keperwatan. Perawat harus dapat menjelaskan mengapa tujuan tidak tercapa, dan tahap-tahap mana yang perlu diadakan perubahan dan mengapa perlu dirubah.
Untuk dapat menerapkan proses keperawatan, perawat bertanggung jawab kepada dirinya sendiri untuk mempunyai pengetahuan dan ketrampilan.

from ns.harmoko
http://ktiskripsi.blogspot.com/
lihat artikel tentang - PENGANTAR PROSES KEPERAWATAN
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Tromboflebitis

Tromboflebitis
1. Pengertian
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).

2. Klasifikasi
Tomboflebitis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pelvio tamboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena ialah vena overika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak dibagian atas uterus; proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo-ooforitis dan peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena uterna ialah ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
b. Tomboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum.
(Abdul Bari SAifudin, dkk., 2002)

3. Etiologi
a. Perluasan infeksi endometrium
b. Mempunyai varises pada vena
c. Obesitas
d. Pernah mengalami tramboflebitis
e. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu yang lama
f. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
(Adele Pillitteri, 2007)

4. Tanda dan Gejala
a. Pelvio Tromboflebitis
1) Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
a) Mengigil berulang kali, menggil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
b) Suhu badan naik turun secara tajam (36 oC menjadi 40 oC) yang diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)
c) Penyaklit dapat langsung selama 1-3 bulan
d) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
3) Abses pada pelvis
4) Gambaran darah
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar kesirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.
b. Tromboflebitis femoralis
1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
2) Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas
c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
f) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan meregangkan tendo akhiles(tanda homan positif)

5. Penatalaksanaan
a. Pelvio Tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan menggunakan teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan mencegah terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru; meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan.
(Abdul Bari Saifudin, dkk., 2002)
b. Tromboflebitis Femoralis
1. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
2. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
3. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
4. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
5. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
6. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
7. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
8. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
9. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
10. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
11. Dapatkan laporan mengenai lokea dan timbang berat pembalut perineal untuk mengkaji pendarahan jika klien dalam terapi antikoagulan.
12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air susu.
14. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui terapi sub kutan
16. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan trombofrebitis yang tepat telah dlakukan.
(Adele Pillitteri, 2007)

http://ktiskripsi.blogspot.com/
lihat artikel tentang - Tromboflebitis
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Baby Blues

Baby Blues
A. Pengertian
Baby Blues atau yang juga dikenal sebagai Post Partum Syndrome adalah merupakan salah satu gangguan psikologis ibu masa nifas yang berupa kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu, yakni sekitar 2 hari hingga 2 minggu sejak kelahiran bayi. Dimana terjadi perubahan hormon si ibu, juga kelelahan pasca melahirkan. Ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Perubahan perasaan saat hamil sehingga sulit menerima bayinya (Zein, 2004).

B. Etiologi
Penyebab terjadinya Baby Blues antara lain adalah:
1. Perubahan hormon.
2. Stres
3. ASI tidak keluar, sehingga payudara membengkak.
4. Frustasi karena bayi tidak mau tidur, menangis, dan gumoh.
5. Kelelahan pasca melahirkan, dan sakit akibat luka jahitan atau operasi.
6. Suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lain dengan suami.
7. Problem dengan orang tua atau mertua.
8. Takut kehilangan bayi .
9. Sendirian mengurus bayi, tidak ada yang membantu.
10. Takut untuk memulai hubungan suami-istri (seks),anak akan terganggu.
11. Bayi sakit (kuning, dll).
12. Rasa bosan si ibu.
13. Problem dengan si sulung.
(www.dunia_ibu.org)
C. Tanda dan Gejala
1. Cemas tanpa sebab
2. Menangis tanpa sebab
3. Tampak khawatir mengenai bayi
4. Tidak percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu
5. Merasa kurang menyayangi bayinya
6. Tidak sabar
7. Sensitif
8. Mudah tersinggung
(Zein, 2004)

D. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menangani ibu dengan Baby Blues, antara lain adalah:
  1. Minta bantuan suami keluarga yang lain untuk melakukan pekerjaan sehari-hari, seperti mengurus rumah sehingga dapat mengurangi pekerjaan ibu, ibu dapat beristirahat dan mengurangi kelelahan.
  2. Beritahu suami apa yang sedang ibu rasakan. Minta di dudukan dan pertolongannya, karena dukungan dari suami memang yang paling ampuh, perhatian suami sangat menyenangkan hati dan benar-benar sangat membantu. Minta bantu suami untuk bergantian gendong, memandikan, dan lain-lain.
  3. Buang rasa cemas dan kekhawatiran, mencoba untuk belajar tenang dengan cara menarik nafas panjang dan meditasi atau Yoga. Dapat dilakukan sendirian ataupun kelompok dan pada tempat yang tenang, bersih, dan nyaman sehingga pikiran bisa rileks.
  4. Tidur ketika bayi tidur. Ini adalah waktu yang efektif untuk tidur, dimana ibu tidak perlu khawatir akan anaknya dan ibu dapat mengetahui jika bayinya terbangun.
  5. Berolahraga ringan/ melakukan latihan / senam nifas. Hal tersebut penting mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti:
  • Dengan tidur terlentang dan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu kedada, tahan 1 hitungan sampai 5. rileks dan ulangi 10 kali
  • Untuk memperkuat tonus vagina ( latihan kegel)
  • Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, perut dan panggul dan tahan hingga lima hitungan. Kendurkan dan ulangi sebanyak 5 kali
  • Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
6. Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu dan Bounding Attachment
7. Tidak perfeksionis dalam hal mengurus anak
8. Bicarakan rasa cemas dan komunikasi dengan orang yang bisa kita percaya dan masalah ibu, seperti orang terdekat atau tenaga kesehatan (bidan)
9. Bersikap fleksibel
10. Merawat bayi dengan berfikir bahwa kesempatan merawat bayi hanya datang satu kali
11. Cari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri
12. Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru. Bersosialisasi / membaur dengan banyak orang dapat membuat kita jadi lebih rileks dan melupakan sejenak beban / masalah di rumah.
13. Berikan pelayanan KB agar ibu lebih fokus dalam merawat bayinya sebelum kehamilan berikutnya. (www.dunia_ibu.org)
http://ktiskripsi.blogspot.com/
lihat artikel tentang - Baby Blues
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Edema/Oedema

Edema/Oedema
A. DEFINISI
Edema adalah timbunan cairan bebas secara menyeluruh. Dikatakan piting edema jika terdapat edema pada tungkai bawah dan dikatakan generalisata jika didapat kenaikan berat badan itu melebihi 0,5 kg/minggu, 2 kg/bulan, atau 13 kg selama kehamilan.
Edema menurut Arthur C. Guyton adalah gelembung cairan dari beberapa organ atau jaringan yang merupakan terkumpulnya kelebihan cairan limfe, tanpa peningkatan jumlah sel dalam mempengaruhi jaringan. Edema bisa terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh, tetapi biasanya terdapat pada kaki dan pergelangan kaki.
Edema menurut Ida Bagus Gede Manuaba adalah peningkatan cairan interstisil dalam beberapa organ. Umumnya jumlah cairan interstisil, yaitu keseimbangan homeostatis. Peningkatan sekresi cairan ke dalam interstisium atau kerusakan pembersihan cairan ini juga dapat menyebabkan edema.

B. GAMBARAN KLINIS
Edema menurut Arthur C. Guyton menunjukkan adanya cairan berlebihan pada jaringan tubuh. Pada banyak keadaan, edema terutama terjadi pada kompartemen cairan estraselular, tapi juga dapat melibatkan cairan intracelular. (Menurut buku ajar fisiologi kedokteran).
1) Edema Intraseluler
Terjadinya pembengkakan intraseluler, karena dua kondisi, yaitu :
1. Depresi sistem metabolik jaringan
2. Tidak adanya nutrisi sel yang adekuat
Bila aliran darah ke jaringan menurun, pengiriman oksigen dan nutrisi berkurang. Jika aliran darah menjadi sangat rendah untuk mempertahankan metabolisme jaringan normal, maka pompa ion membran sel menjadi tertekan. Bila ini terjadi, ion natrium yang biasanya masuk ke dalam sel tidak dapat lagi di pompa keluar dari sel, dan kelebihan natrium dalam sel menimbulkan osmosis air dalam sel, sehingga edema dapat terjadi pada jaringan yang meradang.

2) Edema Ekstraseluler
Edema ini terjadi bila ada akumulasi cairan yang berlebihan dalam ekstraseluler. Terjadinya pembengkakan ekstraseluler, karena dua kondisi yaitu :
1. Kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang interstisial dengan melintasi kapiler.
2. Kegagalan limpatik untuk mengembalikan cairan dari interstisiuim ke dalam darah.
Penyebab klinis akumulasi cairan interstisial yang paling sering adalah filtrasi cairan kapiler yang berlebihan.

Ketika terjadinya edema pada jaringan subkutan yang berdekatan dengan rongga potensial, cairan edema biasanya juga akan terkumpul di rongga potensial, yang disebut efusi. Rongga abdominal merupakan tempat paling mudah untuk terjadinya penggumpalan cairan efusi, dan pada keadaan ini, efusi disebut ASITES. Rongga potensial lainnya, seperti rongga pleura, rongga perikardial, dan rongga sendi, dapat sangat membengkok bila ada edema bersifat negatif sama seperti yang dijumpai pada jaringan subkutan jarang yang juga bersifat negatif (subatmosferik).
Contoh, tekanan hidrostatik cairan interstisial besar 7-8 mmHg dalam rongga pleura, 3-5 mmHg dalam rongga sendi, dan 5-6 mmHg dalam rongga perikardial (menurut www. Google.co.id).
Selain pada edema perifer, edema dapat terjadi pada organ-organ tertentu, yaitu antara lain :
1. Edema pada otak
Salah satu komplikasi yang paling serius dari abdormalitas hemodinamika serebral dan dinamika cairan adalah terbentuknya edema otak. Karena otak berada di dalam ruang yang padat, maka akumulasi cairan edema akan mengkompresi pembuluh darah, seringkali secara serius menyebabkan penurunan aliran darah dan kerusakan jaringan otak.
Edema otak menurut Arthur C. Guyton disebabkan oleh peningkatan tekanan kapiler yang hebat dan kerusakan dinding kapiler. Salah satu penyebab meningkatnya tekanan kapiler adalah peningkatan tekanan darah arteri serebral secara tiba-tiba hingga mencapai nilai yang terlalu tinggi.

2. Edema pada paru
Edema paru menurut Arthur C. Guyton terjadi dengan cara yang sama seperti edema dimana saja dalam tubuh. Faktor apapun yang menyebabkan tekanan cairan interstisial paru meningkat dari batas negatif menjadi batas positif akan menyebabkan pengisian mendadak pada ruang interstisial paru dan alveolus dengan sejumlah besar cairan bebas.
Pada kasus edema paru yang paling ringan, cairan edema selalu memasuki alveoli, jika edema ini menjadi cukup berat, dapat menyebabkan kematian karena mati lemas (Sufokasi).
(Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
3. Edema pada vulva
Edema pada daerah ini berhubungan dengan varises vena vulva dan edema ini apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan kesulitan dalam persalinan. Edema ini lebih sering dijumpai pad pre eklamsi. Apabila terdapat edema pada satu labium, maka permukaan dalam perlu diperiksa untuk mengesampingkan adanya syangkroid sifilitikum (ulkus durum).
(Dikutip dari buku obstetri fisiologi)

C. ETIOLOGI
Penyebab edema pada ibu bersalin yaitu sebagai berikut :
1. Disebabkan oleh gagal jantung
Pada gagal jantung, jantung gagal memompa darah secara normal dari vena ke dalam arteri. Hal ini meningkatkan tekanan kapiler, menyebabkan filtrasi kapiler makin bertambah. Apabila gagal jantung yang tidak diobati, semua faktor bekerja sama membentuk edema ekstraseluler generalisata yang hebat. Ibu hamil dengan gagal jantung kanan yang bermakna, normalnya darah dipompa ke paru-paru oleh jantung kanan tetapi darah tidak dapat keluar dengan mudah dari vena pulmonalis ke jantung kiri karena bagian kiri karena bagian ini sangat lemah sehingga menyebabkan ibu mengalami edema paru berat. (dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)

2. Disebabkan oleh refensi garam dan air oleh ginjal
Tekanan arteri cenderung turun, menyebabkan penurunan ekskresi garam dan air oleh ginjal yang meningkatkan tekanan hidrostastik kapiler sehingga edema makin bertambah. Kebanyakan garam dan air, bocor dari darah masuk ke rongga interstisial, tapi sebagian masih tetap dalam darah. Efek utama kejadian ini adalah menyebabkan peningkatan volume cairan interstisial yang luas (edema ekstraseluler) dan hipertensi akibat peningkatan volume darah.
Ibu hamil yang menderita glomerulonefritis, dimana glomerulus ginjal cedera karena gagal untuk menyaring cairan dalam jumlah cukup, juga akan mengalami edema cairan ekstraseluler yang serius di seluruh tubuh bersamaan dengan edema, ibu tersebut biasanya menderita hipertensi berat. (Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)

3. Disebabkan oelh penurunan protein plasma
Penurunan konsentrasi protein plasma akibat kegagalan untuk menghasilkan protein dalam jumlah yang cukup maupun karena kebocoran protein yang menimbulkan penurunan tekanan osmotik koloid plasma. Apabila ibu hamil mengalami penurunan konsentrasi protein akan mengakibatkan peningkatan kapiler di seluruh tubuh sehingga terjadi, edema ekstraseluler dan dapat mengakibatkan malnutrisi protein.
(Dikutip dari Buku Ajar Fisiologi Kedokteran)
4. Disebabkan oleh tekanan dari rahim
Tekanan ini yang membesar pada vena-vena panggul, pada wanita hamil, vena pelvis tertekan oleh berat badan yang semakin membesar, sehingga ekstrinitas bawah menopang berat badan tersebut. (Dikutip dari Buku Obstetri Fisiologi)

5. Disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler
a. Peningkatan reaksi imun yang menyebabkan pelepasan histamin dan produk imun lainnya.
b. Toksin
c. Infeksi bakteri
d. Difisiensi vitamin, khususnya vitamin C
e. Iskemia yang lama.
D. PENCEGAHAN / PENATALAKSANAAN
Edema pada persalinan menurut Ida Bagus Gede Manuaba dapat dicegah atau diobati, yaitu sebagai berikut :
1. Istirahat yang cukup
Pada saat istirahat/tidur, kaki ditinggikan
2. Diit
Penggunaan garam dikurangi
3. Dapat diberikan sedativa atau obat-obat antihypertensif (apabila oedema terus berlanjut).

Faktor lain yang dapat mencegah edema menurut Arthur C. Guyton yaitu sebagai berikut :
1. Faktor yang dihasilkan oleh compliance jaringan yang rendah pada tekanan negatif besarnya sekitar 3 mmHg.
2. Faktor yang dihasilkan oleh peningkatan aliran limfe ialah sekitar 7 mmHg.
3. Faktor yang disebabkan oleh bersihan protein dari ruang interstisial adalah 7 mmHg.
lihat artikel tentang - Edema/Oedema
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Hipertiroid

Hipertiroid

A. Anatomi dan Fisiologi

1. Kelenjar Tiroid

Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian bawah depan leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin.

2. Hormon Tiroid

Hormon yang terdiri dari asam amino yang mengawal kadar metabolism.Hormon-hormon tiroid menstimulasi metabolisme dari sel-sel. Mereka diproduksi oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher, dibawah Adam's apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea) dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting adalah thyroxine (T4) dan triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.
3. Pengaturan Hormon Tiroid - Rantai Komando
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak. Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid. Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi hormon tiroid.



B. Definisi Hipertiroid
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah. Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang disebabkan oleh suatu kelebihan hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis dapat disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid atau oleh produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkankelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis danbiokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi
tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. (Price A, Sylvia, 1995 hal 1074)

C. Penyebab-Penyebab Hipertiroid
Beberapa penyebab-penyebab umum dari hipertiroid termasuk:
• Penyakit Graves
• Functioning adenoma ('hot nodule') dan Toxic Multinodular Goiter (TMNG)
• Pemasukkan yang berlebihan dari hormon-hormo tiroid
• Pengeluaran yang abnormal dari TSH
• Tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid)
• Pemasukkan yodium yang berlebihan
• Penyebab-penyebab lain:
Herediter
Tumor kelenjar hipofise
Tiroiditis sub akut
Kanker tiroid
Terapi hormon tiroid berlebihan
(Price A, Sylvia, 1995, hal 1074 dan Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
• Faktor resiko
Terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki
Pada usia lebih dari 50 tahun
Post trauma emosional
Peningkatan stress
(Long C, Barbara 1996 hal 109)
D. Patofisiologi
Penyakit Graves
Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang berlebihan dari kelenjar tiroid yang disama ratakan, adalah penyebab yang paling umum dari hipertiroid. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya adalah pengkhianat, yang berarti ia telah kehilangan kemampuannya untuk merespon pada kontrol yang normal oleh kelenjar pituitari via TSH. Penyakit Graves adalah diturunkan/diwariskan dan adalah sampai lima kali lebih umum diantara wanita-wanita daripada pria-pria. Penyakit Graves diperkirakan adalah suatu penyakit autoimun, dan antibodi-antibodi yang adalah karakteristik-karakteristik dari penyakit ini mungkin ditemukan dalam darah. Antibodi-antibodi ini termasuk thyroid stimulating immunoglobulin (TSI antibodies), thyroid peroxidase antibodies (TPO), dan antibodi-antibodi reseptor TSH. Pencetus-pencetus untuk penyakit Grave termasuk:
• stres
• merokok
• radiasi pada leher
• obat-obatan dan
• organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-virus.
Penyakit Graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid dengan obat nuklir yang standar yang menunjukkan secara panjang lebar pengambilan yang meningkat dari suatu yodium yang dilabel dengan radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes darah mungkin mengungkap tingkat-tingkat TSI yang meningkat.
Penyakit Grave' mungkin berhubungan dengan penyakit mata (Graves' ophthalmopathy) dan luka-luka kulit (dermopathy). Ophthalmopathy dapat terjadi sebelum, sesudah, atau pada saat yang sama dengan hipertiroid. Pada awalnya, ia mungkin menyebabkan kepekaan terhadap cahaya dan suatu perasaan dari 'ada pasir didalam mata-mata'. Mata-mata mungkin menonjol keluar dan penglihatan ganda (dobel) dapat terjadi. Derajat dari ophthalmopathy diperburuk pada mereka yang merokok. Jalannya penyakit mata seringkali tidak tergantung dari penyakit tiroid, dan terapi steroid mungkin perlu untuk mengontrol peradangan yang menyebabkan ophthalmopathy. Sebagai tambahan, intervensi secara operasi mungkin diperlukan. Kondisi kulit (dermopathy) adalah jarang dan menyebabkan suatu ruam kulit yang tanpa sakit, merah, tidak halus yang tampak pada muka dari kaki-kaki.
Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter
Kelenjar tiroid (seperti banyak area-area lain dari tubuh) menjadi lebih bergumpal-gumpal ketika kita menua. Pada kebanyakan kasus-kasus, gumpal-gumpal ini tidak memproduksi hormon-hormon tiroid dan tidak memerlukan perawatan. Adakalanya, suatu benjolan mungkin menjadi 'otonomi', yang berarti bahwa ia tidak merespon pada pengaturan pituitari via TSH dan memproduksi hormon-hormon tiroid dengan bebas. Ini menjadi lebih mungkin jika benjolan lebih besar dari 3 cm. Ketika ada suatu benjolan (nodule) tunggal yang memproduksi secara bebas hormon-hormon tiroid, itu disebut suatu functioning nodule. Jika ada lebih dari satu functioning nodule, istilah toxic multinodular goiter (gondokan) digunakan. Functioning nodules mungkin siap dideteksi dengan suatu thyroid scan.
Pemasukkan hormon-hormon tiroid yang berlebihan
Mengambil terlalu banyak obat hormon tiroid sebenarnya adalah sungguh umum. Dosis-dosis hormon-hormon tiroid yang berlebihan seringkali tidak terdeteksi disebabkan kurangnya follow-up dari pasien-pasien yang meminum obat tiroid mereka. Orang-orang lain mungkin menyalahgunakan obat dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan lain seperti menurunkan berat badan. Pasien-pasien ini dapat diidentifikasikan dengan mendapatkan suatu pengambilan yodium berlabel radioaktif yang rendah (radioiodine) pada suatu thyroid scan.
Pengeluaran abnormal dari TSH
Sebuah tmor didalam kelenjar pituitari mungkin menghasilkan suatu pengeluaran dari TSH (thyroid stimulating hormone) yang tingginya abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan pada kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon-hormon tiroid. Kondisi ini adalah sangat jarang dan dapat dikaitkan dengan kelainan-kelainan lain dari kelenjar pituitari. Untuk mengidentifikasi kekacauan ini, seorang endocrinologist melakukan tes-tes terperinci untuk menilai pelepasan dari TSH.
Tiroiditis (peradangan dari tiroid)
Peradangan dari kelenjar tiroid mungkin terjadi setelah suatu penyakit virus (subacute thyroiditis). Kondisi ini berhubungan dengan suatu demam dan suatu sakit leher yang seringkali sakit pada waktu menelan. Kelenjar tiroid juga lunak jika disentuh. Mungkin ada sakit-sakit leher dan nyeri-nyeri yang disama ratakan. Peradangan kelenjar dengan suatu akumulasi sel-sel darah putih dikenal sebagai lymphocytes (lymphocytic thyroiditis) mungkin juga terjadi. Pada kedua kondisi-kondisi ini, peradangan meninggalkan kelenjar tiroid 'bocor', sehingga jumlah hormon tiroid yang masuk ke darah meningkat. Lymphocytic thyroiditis adalah paling umum setelah suatu kehamilan dan dapat sebenarnya terjadi pada sampai dengan 8 % dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada kasus-kasus ini,fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu dan seringkali diikuti oleh suatu fase hipotiroid (hasil tiroid yang rendah) yang dapat berlangsung sampai 6 bulan. Mayoritas dari wanita-wanita yang terpengaruh kembali ke suatu keadaan fungsi tiroid yang normal. Tiroiditis dapat didiagnosis dengan suatu thyroid scan.
Pemasukkan Yodium yang berlebihan
Kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon-hormon tiroid. Suatu kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid. Hipertiroid yang dipengaruhi/diinduksi oleh yodium biasanya terlihat pada pasien-pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid abnormal yang mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone (Cordarone), yang digunakan dalam perawatan persoalan-persoalan jantung, mengandung suatu jumlah yodium yang besar dan mungkin berkaitan dengan kelainan-kelainan fungsi tiroid.
E. Gejala-Gejala Hipertiroid
Hipertiroid direkomendasikan oleh beberapa tanda-tanda dan gejala-gejala; bagaimanapun, pasien-pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak mengalami gejala-gejala. Pada pasien-pasien yang lebih tua dari 70 tahun, tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas mungkin juga tidak hadir. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi lebih jelas ketika derajat hipertiroid meningkat. Gejala-gejala biasanya berkaitan dengan suatu peningkatan kecepatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum termasuk:
• Keringat berlebihan
• Pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat
• Gemetaran
• Kegelisahan; agitasi
• Denyut jantung yang cepat
• Kehilangan berat badan
• Kelelahan
• Konsentrasi yang berkurang
• Aliran menstrual yang tidak teratur dan sedikit
• Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin
• Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan
• Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
• Peningkatan frekuensi buang air besar
• Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
• Gangguan reproduksi
• Cepat letih
• Tanda bruit
• Haid sedikit dan tidak tetap
• Pembesaran kelenjar tiroid
• Apatis
• Mual, Muntah
• Kulit lembab
• Mata melotot, kedipan mata berkurang

Pada pasien-pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak teratur dan gagal jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertiroid yang tidak dirawat mungkin berakibat pada 'thyroid storm,' suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan dan kegila-gilaan, juga mungkin terjadi.
F. Mendiagnosis Hipertiroid/Pemeriksaan Penunjang
Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan:
• gemetaran-gemetaran,
• keringat berlebihan,
• kulit yang seperti beludru halus,
• rambut halus,
• suatu denyut jantung yang cepat dan
• suatu pembesaran kelenjar tiroid.
Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang karekteristik disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas. Gejala-gejala yang lebih lanjut biasanya lebih mudah dideteksi, namun gejala-gejala awal, terutama pada orang-orang yang lebih tua, mungkin tidak cukup menyolok mata. Pada semua kasus-kasus, suatu tes darah diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosisnya.
Tingkat-tingkat darah dari hormon-hormon tiroid dapat diukur secara langsung dan biasanya meningkat dengan hipertiroid. Bagaimanapun, alat utama untuk mendeteksi hipertiroid adalah pengukuran tingkat darah TSH. Seperti disebutkan lebih awal, TSH dikeluakan oleh kelenjar pituitari. Jika suatu jumlah hormon tiroid yang berlebihan hadir, TSH diatur untuk turun dan tingkat TSH turun dalam suatu usaha untuk mengurangi produksi hormon tiroid. Jadi, pengukuran TSH harus berakibat pada tingkat-tingkat yang rendah atau tidak terdeteksi pada kasus-kasus hipertiroid. Bagaimanapun, ada satu pengecualian. Jika jumlah hormon tiorid yang berlebihan disebabkan oleh suatu tumor pituitari yang mengeluarkan TSH, maka tingkat-tingkat TSH akan menjadi tingginya tidak normal. Penyakit tidak umum ini dikenal sebagai 'hipertiroid sekunder'.
Meskipun tes-tes darah yang disebutkan sebelumnya dapat mengkonfirmasi kehadiran dari hormon tiroid yang berlebihan, mereka tidak menunjuk pada suatu penyebab spesifik. Jika ada kelibatan yang jelas dari mata-mata, suatu diagnosis dari penyakit Graves adalah hampir pasti. Suatu kombinasi dari screening antibodi (untuk penyakit Graves) dan suatu thyroid scan menggunakan yodium yang dilabel radioaktif (yang berkonsentrasi pada kelenjar tiroid) dapat membantu mendiagnosis penyakit tiroid yang mendasarinya. Investigasi-investigasi ini dipilih atas dasar kasus per kasus.
Pemeriksaan Penunjang :
Tes ambilan RAI: meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada tiriditis
T3 dan T4 serum : meningkat
T3 dan T4 bebas serum : meningkat
TSH: tertekan dan tidak berespon pada TRH ( tiroid releasing hormon)
Tiroglobulin : meningkat
Stimulasi tiroid 131 : dikatakan hipertiroid jika TRH daritidak ada sampai meningkat setelah pemberian TRH
Ambilan tiroid 131 : meningkat
Ikatan protein sodium : meningkat
Gula darah : meningkat ( kerusakan adrenal)
Kortisol plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh adrenal)
Pemerksaan fungsi hepar : abnormal
Elektrolit : hponatremi akibat respon adrenal atau efe delusi terapi cairan, hipokalemia akibat dari deuresis dan kehilangan dari GI
Kateklamin serum : menurun
kreatinin urin : meningkat
EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali
G. Penatalaksanaan
Pilihan-pilihan penatalaksanaan untuk merawat hipertiroid termasuk:
• Merawat gejala-gejala
• Obat-obat anti-tiroid
• Yodium ber-radioaktif
• Merawat gejala-gejala secara operasi
Merawat gejala-gejala
Ada tersedia obat-obat untuk merawat segera gejala-gejala yang disebabkan oleh kelebihan hormon-hormon tiroid, seperti suatu denyut jantung yang cepat. Satu dari golongan-golongan utama obat-obat yang digunakan untuk merawat gejala-gejala ini adalah beta-blockers [contohnya, propranolol (Inderal), atenolol (Tenormin), metoprolol (Lopressor)]. Obat-obat ini menetralkan/meniadakan efek-efek dari hormon tiroid untuk meningkatkan metabolisme, namun mereka tidak merubah tingkat-tingkat hormon-hormon tiroid dalam darah. Seorang dokter menentukan pasien-pasien mana yang dirawat berdasarkan pada sejumlah faktor-faktor tak tetap (variables) termasuk penyebab yang mendasari hipertiroid, umur pasien, ukuran kelenjar tiroid, dan kehadiran dari penyakit-penyakit medis yang ada bersamaan.
Obat-obat Anti-Tiroid
Pengobatan jangka panjang dengan obat-obat antitiroid seperti propiltiourasil atau metimazol yang diberikan paling sedikit selama satu tahun. Obat – obat ini menghambat sintesis dan pelepasan tiroksin. methimazole (Tapazole) dan propylthiouracil ( PTU). adalah obat-obat yang berakumulasi di jaringan tiroid dan menghalangi produksi hormon-hormon tiroid. PTU juga menghalangi konversi dari hormon T4 ke hormon T3 yang secara metabolisme lebih aktif. Risiko utama dari obat-obat ini adalah penekanan sekali-kali dari produksi sel-sel darah putih oleh sumsum tulang (agranulocytosis). Sel-sel putih diperlukan untuk melawan infeksi. Adalah tidak mungkin untuk memberitahukan jika dan kapan efek sampingan ini akan terjadi, jadi penentuan sel-sel darah putih dalam darah secara teratur adalah tidak bermanfaat.
Adalah penting untuk pasien-pasien mengetahui bahwa jika mereka mengembangkan suatu demam, suatu sakit tenggorokan, atau tanda-tanda apa saja dari infeksi ketika meminum methimazole atau propylthiouracil, mereka harus segera mengunjungi seorang dokter. Ketika ada suatu kekhwatiran, risiko sebenarnya dari mengembangkan agranulocytosis adalah lebih kecil dari 1%. Pada umumnya, pasien-pasien harus ditemui oleh dokter pada interval-interval bulanan selama meminum obat-obat antitiroid. Dosis disesuaikan untuk mempertahankan pasien sedekat mungkin pada suatu keadaan tiroid yang normal (euthyroid). Sekali dosis stabil, pasien-pasien dapat ditemui pada interval-interval tiga bulan jika terapi jangka panjang direncanakan.
Biasanya, terapi antitiroid jangka panjang hanya digunakan untuk pasien-pasien dengan penyakit Graves, karena penyakit ini mungkin sebenarnya sembuh dibawah perawatan tanpa memerlukan radiasi tiroid atau operasi. Jika dirawat dari satu sampai dua tahun, data menunjukkan angka-angka kesembuhan dari 40%-70%. Ketika penyakitnya sembuh, kelenjarnya tidak lagi aktif berlebihan, dan obat antitiroid tidak diperlukan.
Studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa menambah suatu pil hormon tiroid pada obat antitiroid sebenarnya berakibat pada angka-angka kesembuhan yang lebih tinggi. Dasar pemikiran untuk ini mungkin adalah bahwa dengan menyediakan suatu sumber luar untuk hormon tiroid, dosis-dosis obat-obat antitiroid yang lebih tinggi dapat diberikan, yang mungkin menekan sistim imun yang aktif berlebihan pada orang-orang dengan penyakit Graves. Tipe terapi ini tetap kontroversiil (tetap diperdebatkan), bagaimanapun. Ketika terapi jangka panjang ditarik, pasien-pasien harus terus menerus ditemui oleh dokter setiap tiga bulan untuk tahun pertama, karena suatu kekambuhan dari penyakit Graves adalah mungkin dalam waktu periode ini. Jika seorang pasien kambuh, terapi obat antitiroid dapat dimulai kembali, atau yodium ber-radioaktif atau operasi mungkin dipertimbangkan.
Yodium ber-radioaktif
Yodium ber-radioaktif diberikan secara oral (melalui mulut, dengan pil atau cairan) pada suatu dasar satu kali untuk mengablasi (ablate) suatu kelenjar yang hiperaktif. Yodium yang diberikan untuk perawatan ablasi (ablative treatment) adalah berbeda dengan yodium yang digunakan pada suatu scan. Untuk perawatan, isotope yodium 131 digunakan, dimana untuk suatu scan rutin, yodium 123 digunakan. Yodium ber-radioaktif diberikan setelah suatu scan yodium rutin, dan pengambilan yodium ditentukan untuk mengkonfirmasi hipertiroid. Yodium ber-radioaktif diambil oleh sel-sel aktif dalam tiroid dan menghancurkan mereka. Karena yodium diambil hanya oleh sel-sel tiroid, penghancuran hanya lokal, dan tidak ada efek-efek sampingan yang menyebar luas dengan terapi ini.
Ablasi (ablation) yodium ber-radioaktif telah digunakan dengan aman untuk lebih dari 50 tahun, dan penyebab-penyebab utama untuk tidak menggunakannya hanya adalah kehamilan dan menyusui. Bentuk dari terapi ini adalah pilihan perawatan untuk kekambuhan penyakit Graves, pasien-pasien dengan kelibatan penyakit jantung yang parah, mereka yang dengan multinodular goiter atau toxic adenomas, dan pasien-pasien yang tidak dapat mentoleransi obat-obat antitiroid. Yodium ber-radioaktif harus digunakan dengan hati-hati pada pasien-pasien dengan penyakit Graves yang berkaitan dengan mata karena studi-studi akhir-akhir ini telah menunjukkan bahwa penyakit mata mungkin memburuk setelah terapi. Jika seorang wanita memilih untuk hamil setelah ablation, adalah direkomendasikan ia menunggu 8-12 bulan setelah perawatan sebelum hamil.
Pada umumnya, lebih dari 80% dari pasien-pasien disembuhkan dengan suatu dosis tunggal yodium ber-radioaktif. Itu memakan waktu antara 8 sampai 12 minggu untuk tiroid menjadi normal setelah terapi. Hipotiroid adalah komplikasi utama dari bentuk perawatan ini. Ketika suatu keadaan hipotiroid yang sementara mungkin terlihat sampai dengan enam bulan setelah perawatan dengan yodium ber-radioaktif, jika ia menetap dengan gigi lebih lama dari enam bulan, terapi penggantian tiroid (dengan T4 atau T3) biasanya dimulai.
Operasi
Pembedahan tiroideksomi sub total sesudah terapi propiltiourasil prabedah. Operasi untuk mengangkat sebagian dari kelenjar tiroid (partial thyroidectomy) pernah sekali waktu dahulu adalah suatu bentuk yang umum perawatan hipertiroid. Tujuannya adalah untuk mengangkat jaringan tiroid yang memproduksi hormon tiroid yang berlebihan. Bagaimanapun, jika terlalu banyak jaringan yang diangkat, suatu produksi hormon tiroid yang tidak memadai (hipotiroid) mungkin berakibat. Pada kasus ini, terapi penggantian tiroid dimulai. Komplikasi utama dari operasi adalah gangguan/kekacauan dari jaringan sekitarnya, termasuk syaraf-syaraf yang menyediakan pita-pita suara (vocal cords) dan empat kelenjar-kelenjar kecil pada leher yang mengatur tingkat-tingkat kalsium dalm tubuh (kelenjar-kelenjar paratiroid). Pengangkatan kelenjar-kelenjar ini yang secara kebetulan mungkin berakibat pada tingkat-tingkat kalsium yang rendah dan memerlukan terapi penggantian kalsium.
Dengan perkenalan dari terapi yodium radioaktif dan obat-obat antitiroid, operasi untuk hipertiroid adalah tidak seumum seperti sebelumnya. Operasi adalah memadai untuk:
• pasien-pasien hamil dan anak-anak yang mempunyai reaksi-reaksi utama yang kurang baik terhadap obat-obat antitiroid.
• pasien-pasien dengan kelenjar-kelenjar tiroid yang sangat besar dan pada mereka yang mempunyai gejala-gejala yang bersumber dari penekanan dari jaringan-jaringan yang berdekatan pada tiroid, seperti kesulitan menelan, keparauan suara, dan sesak napas.
H. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis
tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada
pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam
jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia
(sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi
karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas. Selain itu komplikasi lain yng mungkin bisa terjadi adalah frktur dan gagal gijal kronis

I. Asuhan Keperawatan Hipertiroid
Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif: Insomnia, sensitivitas meningkat,Otot lemah, gangguan koordinasi, Kelelahan berat
Data obyektif: Atrofi otot
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
Palpitasi,Nyeri dada
Data obyektif: Disritmia (fibrilasi atrium), irama galop, murmur, Peningkatan tekanan darah, takikardi saat istirahat, Sirkulasi kolaps
3. Integritas ego
Data Subyektif: Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik
Data obyektif: Emosi labil (euforia sampai delirium), depresi
4. Eliminasi
Data Subyektif: Urin dalam jumlah banyak, Perubahan dalam feses : diare
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
Kehilangan BB yang mendadak
Nafsu makan meningkat, makan banyak, makan sering, kehausan. Mual muntah
Data obyektif:
Pembesaran tiroid, goiter
Edema non pitting terutama daerah pretibial

6. Sensori neural
Data obyektif:
Bicara cepat dan parau
Ganggguan status mental dan perilaku seperti bingung, disorentai, gelisah, peka rangsang, delirium, sikosis, stupor,koma
Tremor halus pada tanan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak-sentak
Hiperaktif reflekstenon dalam (RTD)
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif: Nyeri orbital, fotofobia
8. Respirasi
Tanda:
Frekuensi pernapasan meningkat, takipnea
Dispnea
9. Keamanan
Data subyektif:
- Tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan
- Alergi terhadapiodium 9 mungkin digunakan pada pemeriksaan)
Data obyektif: Suhu meningkat diatas 37,4 C, diaforesis, Kulit : halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus. Eksoptalmus: retraksi, iritas pada kinjungtiva dan berair. Pruritus, lesi eritema ( sering terjadi pada pretibial yang menjadi sangat parah
10. Seksualitas
Data obyektif;
Penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten
11. Penyuluhan/ pembelajaran
Subjektif Data :
Riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid
Riwayat hipotiroidis, terapi hormontiroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian
riwayat pemberian insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung trauma, pemeriksaan rontgen dengan zat kontras

Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol,hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung
Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;
mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan TTV stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler normal, status mental baik,tidak ada disritmia
Intervensi :
Independen
Pantau TTV. Perhatikan besarnya tekanan nadi
Periksa /teliti kemungkinan nyeri dada yang dikeluhkan pasien
Kaji nadi/denyut jantung saat pasien tidur
Auskultasi suara jantung, perhatikan adanya bunyi jantung tambahan, adanyairamagallop dan murmur sistolik
Pantau EKG, catat atau perhatikan kecepatan atu irama jantung dan adanya disritmia
Observasi tanda dan gejala kehausan yang hebat, mukosa membran kering, nadilemah, pengisian kaapiler lambat, penurunan produksi urin dan hipotensi
Catat adnya riwayat asma/bronkokontriksi, kehamilan,sinus bradikardi/blok jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung
Kolaborasi
Berikan cairan melalui IV sesuai indikasi
Berikan obat sesuai dengan indkasi:
Penyekat beta seperti: propanolol (inderal0, atenolol (tenormin), nadolol (corgard)
Hormon tirid antagonis seperti propiltirourasil (PTU), metimazol (tapazole)
Natriun iodida (lugol) atau saturasi kalium iodida
RAI (131 InaL atau 125 InaL)
Kortikosteroid
Digoksin
Furosemid
Asetaminofen
Relaksan otot
Pantau hasil pemeriksaan lab : kalium serum, kalsium serum,kultur sputum
- Lakukan pemantauan EKG secara teratur
- Berikan oksigen sesuai indikasi
- Siapkan untuk pembedahan

2. Kelelahan b.d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi,peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh
Dibuktikan oleh :
Mengungkapkan sangat kurang kekurangan energi untuk mempertahankan utinitas umum, penurunan penampilan
Labilias/pekarangsang emsional, gugup, tegang
Perilaku gelisah
Kerusakan kemampuan untuk konsentrasi
Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;
Menungkapkan secara verbal tentang peningkatan energi
Menunjukkkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivits
Intervensi
Independen
Pantau TTV sebelum dan sesudah aktivitas
Catat perkembangan takipnea, dispnea, pucat dan sianosis
Ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sensori, warna-warna yang sejuk dan situasi yang tenang
Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan istirahat ditempat tidur jika memungkinkan
Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti masage/sentuhan, bedak yang sejuk
Memberikan aktivits pengganti yang nyaman seperti membaca, mendengarkan radio
Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau yang mengancam pasien. Diskusikan cara untuk berspon terhadap perasaan tersebut
Diskusikan dengan orang dekat tentang keadaan kelelahan dan emosi yang tidak stabil
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi sseperti sedatif : fenobarbital (luminal)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatanmetaboisme ( peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penururunan BB)
Tujuan pasien / criteria evaluasi
Menunjukkkan BB yang stabil disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda-tanda malnutrisi
Intervensi
Independen
Auskultasi bising usus
Catat dan laporkan adanyaanoreksia, kelemahan umum/nyei,nyeri abdomen, munculnya mual-muntah
Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang bb setipa hari serta laporkan adanya penurunan BB
Dorong pasien untuk makandan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil dengan menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna
Hindari pemberian makananyang dapat meningkatkan peristaltik usus (eh, kopi dan makanan berserat lainnya ) dan cairan yang menyebabkan diare
Bicara dengan nada normal
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidart dan vitamin
Berikan obat dengan indikasi:
a. glukosa,vit B kompleks
b. Insulin (dengan dosis kecil)
4. Kerusaka integritas jaringan mata b.d perubahan mekanisme perlindungan dari mata
Tujuan / criteria hasil :
Dapat mempertahakan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus
Mampu mengidentifikasi tindakan untuk memberkanperlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi
Intervensi
Independen
Observasi edema peiorbital, gangguan penutupan kelopakmata. Lapang pandang penglihatan yang sempit, air ata yang berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda diluar mata dan nyeri pada mata
Evaluasi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda( diplopia)
Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap ketika bangaundan tutup dengan peneutup mata selamatidur sesuai kebutuhan
Bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada indikasi
Berikan kesempatan pasian untuk mendiskusokan perasaaan tentang perubahanganbaran atau betuk tubuh untuk meningkatkan gambanran tubuh
Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan
Kolaborasi
berikan obat sesuai indikasi
a. obat tetes mata metilselulosa
b. ACTH, prednison
c. Obat antitiroid
d. Diuretik
Siapkan pembedahan
5. Cemas b.d faktor fisiologis, status hipermetabolik (stimulasi SSP), efek pseudokatekolamin dari hormon tiroid
Ditandai dengan :
Peningkatan perasaan kuatir, gemetar, hilang konrol, panik, perubahan kognitif, distosi rangsanglingkungan
Gerakan ekstra, gelisah, tremor
Kriteria hasil:
Tampak rileks
Melapokan ansietasberkurang sampai tingkat dapt dilatasi
Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya
Intervensi:
Mandiri
Observasi tingkah laku pasien yang menunjukkan tingkat ansietas
Pantau respon fisik, papitsi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasidan insomnia
Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang teang. Mngakui atau menjawab kekuatiran dan mengijinkan perilaku pasien yang umum
Jelaskan prosedur, lingkungan sekelilmn atau suara yang mungkindidengar oleh pasien
Bicara yang singkat dengan kata yang sederhana
Kurangi stimulasidari luar. Tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan, kurangi lampu yang terang, kurangi jumlah orang yang berkunjuang
Diskusikan dengan pasien aau orang yang terdekat penyebab emosional yang labil/reaksi psikotik
Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai denagan perkembangan terapi obat
Kolaborasi;
Berikan obat antiansietas
Rujukpada sistem penyokong sesuai dengan kebutuhan seperti konseling, ahli agama dan pelayanan sosial
6. Perubahan prossespikir b.d perubahan fisiologis, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktivitas mental
Kriteria hasil:
Mempertahankan orientasi realita umumya
Mengenali perubahan dalam berpikir/perilaku dan faktor penyebab
Intervensi:
Kaji proses pikir pasienseperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu atauorang
Catat adanya perubahan tingkahlaku
Hadirkan pada realita secara terusmenerus dansecara gamblang tanpa melawan pikiran yang tidak logis
Memberikan tindakan yang aman seperti bantalan pada enghalang tempat tidur, pengikatan yang lembutsupervisi yang ketat
Anjurkan keluarga atau orang dekat lainnnya untuk mengunjungi paisen. Memberikan dukungan dengan kebutuhan
Kolaborasi
Pemberian sedatif ssesuai indikasi
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
Ditandai dengan:
Pertanyaan, meminta informasi
Kriteria evaluasi:
Pasien mengerti tentang proses penyakit dan pengobatannya
Mengidentifikasi hubungan antara tanda dan gejalapada prosses penyakit dan hubungan gejala dengan faktor penyebabnya
Intervensi;
Berikan informasi yang tepat dengan keadaan individu
Berikan informasi tanda dan gejala dari hipertiroid
Diskusikan mengenai terapi obat termasuk ketaatan terhadap pengobatan dan tujuan terapi
Tinjau kebutuhan diiit makanan dan tinjau ulang mengenai nutrisi . Mdnghindari kopi, makanan pengawet dan makanan pewarna
Kolaborasi:
Pemberian anti emetikdengan jadwal reguler
Vitamin A,D,E dan B6
Rujuk ahli diit
Pasang /pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan enteral

DAFTAR PUSTAKA
Ganong, Fisiologi Kedokteran, EGC,Jakarta, 1997
Guyton dan Hall. Isiologi Kedokteran (Edisi 9),EGC, Jakarta 1997
Hudak & Gallo, Keperawatan Kritis: Pendekaatan Holistik, Edisi 6, Volume II, Jakarta, EGC,1996
Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 3, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000
Price A, Sylvia dan Wilson M, Lorraine, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4, Buku II, Jakarta, EGC,1995
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jilid 3, Jakarta, EGC ,2002
http://ktiskripsi.blogspot.com/
lihat artikel tentang - Hipertiroid
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5

Artikel yang berhubungan:

kti