30 April 2011


Askep Hepatitis

Hepatitis

A. Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

B. Etiologi

Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
  • Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E.
  • Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia.

C. Patofisiologi
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.

Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.

Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.

D. Tanda dan Gejala
  1. Masa tunas
    • Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
    • Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
    • Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

  2. Fase Pre Ikterik

    Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
  3. Fase Ikterik

    Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
  4. Fase penyembuhan

    Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

E. Pemeriksaan Diagnostik
  1. Laboratorium
    • Pemeriksaan pigmen
      • urobilirubin direk
      • bilirubun serum total
      • bilirubin urine
      • urobilinogen urine
      • urobilinogen feses

    • Pemeriksaan protein
      • protein totel serum
      • albumin serum
      • globulin serum
      • HbsAG

    • Waktu protombin
      • respon waktu protombin terhadap vitamin K

    • Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
      • AST atau SGOT
      • ALT atau SGPT
      • LDH
      • Amonia serum

  2. Radiologi
    • foto rontgen abdomen
    • pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
    • kolestogram dan kalangiogram
    • arteriografi pembuluh darah seliaka

  3. Pemeriksaan tambahan
    • laparoskopi
    • biopsi hati

F. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

G. Pengobatan
Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-obatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan. Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral.

Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan kebugaran jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada aturan diet tertentu tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu dilakukan biopsi hati, adanya hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk bahwa terapi harus segera diberikan. kasus dengan tingkat penularan tinggi harus dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang relatif noninfeksius; karena itu perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.

Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi lainnya hanya bersifat suportif.



Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hepatitis


A. Pengkajian
  1. Keluhan Utama
    Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok.
  2. Pengkajian Kesehatan
    1. Aktivitas
      • Kelemahan
      • Kelelahan
      • Malaise

    2. Sirkulasi
      • Bradikardi (hiperbilirubin berat)
      • Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

    3. Eliminasi
      • Urine gelap
      • Diare feses warna tanah liat

    4. Makanan dan Cairan
      • Anoreksia
      • Berat badan menurun
      • Mual dan muntah
      • Peningkatan oedema
      • Asites

    5. Neurosensori
      • Peka terhadap rangsang
      • Cenderung tidur
      • Letargi
      • Asteriksis

    6. Nyeri / Kenyamanan
      • Kram abdomen
      • Nyeri tekan pada kuadran kanan
      • Mialgia
      • Atralgia
      • Sakit kepala
      • Gatal (pruritus)

    7. Keamanan
      • Demam
      • Urtikaria
      • Lesi makulopopuler
      • Eritema
      • Splenomegali
      • Pembesaran nodus servikal posterior

    8. Seksualitas
      • Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan


B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
  1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
  2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
  3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.


C. Intervensi
  1. Diagnosa Keperawatan 1. :
    Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.
    Kriteria Hasil :
    • Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
    • Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.

    Intervensi
    • Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
    • Berikan perawatan mulut sebelum makan.
    • Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
    • Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
    • Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
    • Awasi glukosa darah.
    • Berikan obat sesuai indikasi :
      • Antiemitik (contoh metalopramide (reglan)).
      • Antasida (contoh mylanta).
      • Vitamin (contoh b kokpleks).
      • Terapi steroid (contoh prednison (deltasone)).
    • Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.


  2. Diagnosa Keperawatan 2. :
    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

    Kriteria Hasil :
    Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

    Intervensi
    • Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri.
    • Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
      • Akui adanya nyeri
      • Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya.
    • Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui.
    • Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi.


  3. Diagnosa Keperawatan 3. :
    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.

    Kriteria Hasil :
    Pola nafas adekuat

    Intervensi :
    • Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
    • Auskultasi bunyi nafas tambahan
    • Berikan posisi semi fowler
    • Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
    • Berikan oksigen sesuai kebutuhan




Hasil Pencarian Untuk Asuhan Keperawatan Askep Hepatitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hepatitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hepatitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hepatitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hepatitis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Hepatitis
lihat artikel tentang - Askep Hepatitis
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Sistem Integumen dan Metabolisme

A. Sistem Integumen
1. Muka
Pada kedua belah pipi dan hidung menyerupai topeng (topeng kehamilan) Cloasma gravidarum / zwangerschapmasker.

2. Areola Mamae dan Putting susu
Areola Mamae daerah yang warnanya hitam disekitar putting susu, pada kehamilan warnanya akan lebih hitam, daerah sekitar yang biasanya tidak berwarna, sekarang berwarna hitam (secundair areola mamae). Puting susu juga menghitam dam membesar, lebih menonjol.
Payudara secara bertahap mengalami pembesaran Karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah. Pada awal kehamilan, keluar cairan jernih (kolostrum). Pigmen disekitar puting (areola) tumbuh lebih gelap Kelenjar Montgomery menonjol keluar.

3. Linea alba
Garis hitam yg terbentang dr atas symphisis – pusat. Warna lebih hitam, kecuali akan timbul garis baru yg terbentang di tengah-tengah atas pusat ke atas (linea nigra). Pada bagian badan ini kecuali ada hiperpigmentasi adapula yang mirip garis-garis pada kulit (Striae Gravidarum).

Dua macam striae gravidarum :
a. Striae Livide
Garis-garis yang warnanya biru pada kulit (pada primigravida). Striae terjadi karena : ada H yang berlebihan dan ada pembesaran/ peregangan pada jaringan yang menimbulkan perdarahan pada kapiler halus di bawah kulit warna biru. Peregangan kulit ini dapat sembuh dan menimbulkan bekas seperti parut yang berwarna putih, jadi garis yang warnanya biru menjadi putih, karena sudah mengalami peregangan

Striae albicans (pada multigravida).
Biasanya terdapat pada buah dada, perut dan paha. Striae ini kadang-kadang menimbulkan perasaan gatal pada penderita, yang disebabkan adanya peregangan jaringan yang menyebabkan

4. Hiperpigmentasi.
Hiperpigmentasi terjadi karena kelenjar pituitari yang memingkat dan mengeluarkan hormon melanotropin yang dipengaruhi oleh MSH (Melanotropin Stimulating Hormon).

B. Metabolisme
BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada trimester III. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian tenaganya. Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani.
Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase (histamine) meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan seterusnya sampai akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang dapat membuat oksitosin tidak aktif. Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam darah ibu pada kehamilan 14-38 minggu.
Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus placenta dan liquor.

1. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Secara periodik, Food and Nutrition Board of the National Research Council di Amerika merekomendasikan kebutuhan nutrisi untuk wanita, termasuk yang sedang hamil dan menyusui. Walaupun demikan rekomendasi ini tidak ditujukan untuk diaplikasikan untuk individu, melainkan sebagai patokan kebutuhan dalam populasi, karena individu sudah pasti sangat bervariasi dalam kebutuhannya. Beberapa suplemen vitamin-mineral prenatal dapat menyebabkan pemasukan yang jauh di atas angka kecukupan ini, lebih lagi penggunaan suplemen berlebih yang biasanya dilakukan atas inisiatif pribadi telah meningkatkan perhatian masyarakat akan kemungkinan terjadinya toksisitas dalam kehamilan. Beberapa nutrisi ini antara lain besi, seng, selenium, dan vitamin A, B6, C, and D.

2. Suplemen Vitamin-Mineral Prenatal
Sampai munculnya rekomendasi untuk pemberian asam folat untuk mencegah terjadinya defek tuba neural, hanya besi yang dikenal sebagai satu-satunya zat yang tidak dapat dipenuhi melalui makanan saja dalam kehamilan (Institute of Medicine, 1990). Suplemen harian zat besi sebesar 30 mg direkomendasikan sebagai profilaksis terhadap defisiensi zat besi pada wanita dengan resiko rendah untuk menjadi gizi buruk.
Pemberian suplemen multivitamin-mineral secara rutin tidak dianjurkan oleh American Academy of Pediatrics and the American College of Obstetricians and Gynecologists (1997), kecuali diet ibu dipertanyakan atau ia berada dalam resiko tinggi terjadi gizi buruk, seperti pada kehamilan multiple, penyalahgunaan zat, vegetarian, penderita epilepsi, dan wanita dengan kelainan hemoglobin. Untuk wanita beresiko tinggi ini suplemen harian multivitamin-mineral dianjurkan dimulai pada trimester kedua. Komposisi yang dianjurkan adalah 30-60 mg besi, 15 mg seng, 2 mg tembaga, 250 mg kalsium, 10 ug (400 IU) vitamin D, 50 mg vitamin C, 2 mg vitamin B6, 300 ug asam folat, dan 2 ug vitamin B12 (Institute of Medicine, 1992).

Kalori
Kehamilan membutuhkan tambahan 80.000 kkal yang lebih banyak terkumpul pada 20 minggu terakhir kehamilan. Peningkatan kalori harian sebesar 300 kkal sepanjang kehamilan dianjurkan oleh National Research Council (1989). Kalori sangat penting untuk pembentukan energi, dan ketika terjadi kekurangan pasokan energi, protein dimetabolisme untuk menghasilkan energi dan bukannya diperuntukkan untuk fungsi pentingnya yaitu pertumbuhan dan perkembangan janin. Kebutuhan fisiologis total selama kehamilan tidak selalu merupakan jumlah dari kebutuhan ketika tidak hamil ditambah peningkatan kebutuhan kalori saat hamil, karena dapat disiasati, sebagai contoh, kebutuhan energi yang terjadi selama kehamilan dapat dikompensasi dengan mengurangi aktivitas fisik (Hytten, 1991).

Protein
Kebutuhan protein pada wanita hamil berasal dari kebutuhan wanita tidak hamil ditambah kebutuhan protein untuk pertumbuhan dan perbaikan sel-sel janin, plasenta, uterus dan payudara, serta peningkatan kebutuhan darah maternal. Selama 6 bulan terakhir kehamilan, sekitar 1 kg protein dideposit, kira-kira berasal dari 5-6 gram protein per hari (Hytten dan Leitch, 1971). Asam amino pada ibu hamil mengalami penurunan konsentrasi ornitin, glisin, taurin dan prolin, serta mengalami peningkatan konsentrasi asam glutamat dan alanin.
Sumber protein yang lebih baik berasal dari protein hewani, seperti daging, susu, telur, keju, dan ikan, sebab makanan terrsebut mengandung asam amino dalam kombinasi optimal. Susu beserta produk-produk yang berasal dari susu telah lama diperkirakan sebagai sumber makanan yang hampir ideal, terutama untuk protein dan kalsium, baik untuk wanita hamil maupun menyusui.

Mineral
Secara praktis, semua makanan yang mengandung jumlah kalori yang cukup untuk peningkatan berat badan yang sesuai, mengandung mineral dalam jumlah cukup untuk mencegah defisiensi jika menggunakan garam beryodium.

Zat Besi
Dalam kehamilan, terdapat peningkatan kebutuhan zat besi yang disebabkan oleh peningkatan volume plasma saat kehamilan. Sekitar 300 mg dari zat besi tersebut akan ditransfer ke janin dan plasenta, sedangkan 500 mg yang lain, jika tersedia, akan ditransfer ke massa hemoglobin ibu yang meningkat, hampir semuanya digunakan setelah pertengahan kehamilan. Selama kehamilan, kebutuhan zat besi disebabkan oleh kehamilan dan ekskresi ibu sekitar 7 mg per hari. Sangat sedikit wanita yang memiliki cadangan zat besi dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ini, sedangkan asupan sehari-hari jarang yang dapat memenuhi kebutuhan ini, sehingga biasanya diberikan suplementasi zat besi.
Scott dkk (1970) menetapkan bahwa jumlah zat besi yang diperlukan selama kehamilan cukup sebanyak 30 mg dalam bentuk garam besi seperti ferrous glukonat, sulfat atau fumarat yang dikonsumsi secara teratur setiap hari selama paruh kehamilan akhir, akan menyediakan jumlah zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama kehamilan dan untuk melindungi cadangan zat besi yang tersedia. Jumlah ini juga menyediakan kebutuhan zat besi pada masa laktasi. Jumlah ini sebaiknya ditingkatkan sampai 60 sampai 100 mg per hari jika ibu besar, memiliki janin kembar, hamil tua, mengonsumsi suplementasi zat besi secara tidak teratur, atau memiliki hemoglobin yang rendah. Wanita yang sangat anemis yang disebabkan oleh defisiensi zat besi akan merepon baik dengan 200 mg zat besi per hari dalam dosis yang dibagi.

Karena kebutuhan zat besi hanya sedikit meningkat selama 4 bulan pertama kehamilan, selama waktu ini tidak perlu dilakukan suplementasi zat besi. Tidak diberikannya suplementasi zat besi selama trimester pertama kehamilan menghindari risiko bertambah beratnya mual dan muntah selama kehamilan. Konsumsi suplementasi zat besi sebelum tidur nampaknya dapat meminimalkan kemungkinan timbulnya efek samping gastrointestinal.

Kalsium
Wanita hamil memerlukan sekitar 30 gram kalsium, yang sebagian besar didepositkan pada janin selama masa-masa kehamilan tua. Jumlah kalsium tersebut hanya menunjukkan sekitar 2,5 % dari total kalsium ibu, paling banyak terdapat di tulang, dan dapat dimobilisasi untuk pertumbuhan janin. Berdasarkan penelitian Heaney dan Skillman (1971) terdapat peningkatan absorpsi kalsium melalui saluran pencernaan dan retensi yang progresif. Menurut Pitkin (1985), kadar kalsium yang terikat akan msdikit menurun selama kehamilan karena menurunnya kadar albumin, tetapi tidak demikian dengan kadar kalsium yang terionisasi.

Fosfor
Kadar fosfor selama kehamilan tidak banyak mengalami perubahan selama kehamilan.

Seng
Kekurangan seng yang berat dapat menyebabkan nafsu makan yang buruk, pertumbuhan yang kurang optimal, dan terganggunya penyembuhan luka. Defisiensi seng sangat berat menyebabkan dwarfisme dan hipogonadisme. Keadaan ini juga akan menyebabkan kelainan kulit yang spesifik, yaitu akrodermatitis enteropatika, dan dapat pula, pada keadaan yang sangat jarang, menyebabkan defisiensi zinc kongenital yang berat.

Seng dalam plasma hanya mewakili 1% total seng dalam tubuh manusia sementara seng plasma sendiri hampir seluruhnya terikat pada protein plasma maka bila didapatkan konsentrasi seng yang rendah dalam plasma, ini bukan mewakili jumlah sebenarnya dari kandungan zinc dalam tubuh namun hanya mewakili perubahan protein pengikat dalam plasma (Swanson and King, 1983). Bahkan bila konsentrasi seng pada ibu hamil diturunkan namun jumlah “plasma pooling” dalam tubuh bumil tetap tinggi akibat peningkatan volume plasma selama kehamilan.

Goldberg dkk pada tahun 1995 membuat sebuah penelitian dengan memberikan suplemen seng (25mg) pada suatu studi acak yang melibatkan 580 perempuan yang dimulai pada kehamilan 19 minggu. Level seng plasma sedikit namun secara signifikan meningkat pada wanita yang diberikan suplemen. Anak yang dilahirkan wanita yang diberi suplementasi zinc mempunyai berat badan lahir yang lebih tinggi (sekitar 125 g) dan mempunyai lingkar kepala yang sedikit lebih besar (sekitar 4mm). Meskipun tingkat suplementasi yang aman untuk wanita hamil belum jelas namun secara umum dosis pemberian pada wanita hamil adalah sekitar 15 mg.

Iodium
Penggunaan preparat garam beriodium oleh semua wanita hamil direkomendasikan karena kebutuhan bumil meningkat akibat tuntutan janin dan pengeluaran melalui ginjal yang meningkat.
Trend peningkatan konsumsi Iodium dalam kehamilan terjadi akibat beberapa laporan yang menghubungkan hipotiroidisme subklinis pada bumil dengan retardasi mental yang signifikan pada janin(Haddow dkk, 1999).

Defisiensi Iodium yang buruk merupakan factor predisposisi untuk kretinism yang berbentuk gangguan neurologist yang multiple. Di beberapa bagian Cina dan Afrika dimana kondisi ini endemic, suplementasi Iodium di awal kehamilan sangat bermanfaat (Cao dkk,1994). Namun perlu diingat bahwa konsumsi iodium dalam dosis tertentu selama kehamilan dapat menekan fungsi tiroid dan menyebabkan goiter pada janin.

Magnesium
Efek–efek kekurangan magnesium dalam kehamilan hingga kini belum diketahui secara jelas. Namun tidak diragukan lagi bahwa selama periode penyakit kronik dimana asupan magnesium rendah atau tidak ada maka level Mg dalam plasma akan menjadi sangat rendah. Hal ini juga terjadi dalam kehamilan dengan diet yang tidak seimbang.
Beberapa penelitian tentang kekurangan Mg selama kehamilan telah dilakukan. Salah satunya dilakukan Sibai dkk yang melakukan penelitian dengan memberikan 400 primigravida secara acak 365 mg Magnesium dan placebo. Hasilnya akhirnya adalah bahwa tidak ada perbedaan hasil keluar pada janin.

Tembaga
Berbagai enzim yang mengandung tembaga seperti sitokrom oksidase mempunyai peran yang sangat penting dalam berbagai proses oksidatif dalam produksi energi tubuh. Kehamilan sendiri mempunyai efek yang sangat besar pada metabolisme tembaga dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan ceruloplasmin serum dan tembaga dalam plasma. Defisiensi tembaga belum didokumentasikan pada kehamilan dan belum ada studi yang mempelajari asupan tembaga pada wanita hamil secara jelas. Dosis umum yang dipakai adalam sekitar 2 mg tembaga per tablet.

Selenium
Zat ini adalah komponen dasar untuk enzin glutation peroksidase yang mengkatalase perubahan Hidrogen peroksida menjadi air. Selenium adalah komponen penting untuk melindungi tubuh dari radikal bebas. Defisiensinya telah diselidiki di beberapa bagia besar dari RRC dimana ada defisiensi Selenium secara geokimia. Efeknya adalah kardiomiopati pada anak dan wanita pada umur produktif. Namun toksisitas karena suplementasi berlebih juga telah tercatat.

Kromium
Zat ini dipercaya merupakan ko-faktor untuk insulin yang membantu untuk penempelan insulin pada reseptor perifernya. Namun data–data yang berhubungan dengan krom pada wanita hamil sangat sedikit.

Mangan
Zat ini berfungsi sebagai ko-faktor untuk enzyme seperti glycosiltransferase yang berfungsi dalam sintesis polisakarida dan glikoprotein namun defisiensinya pada wanita hamil belum diselidiki.

Kalium
Konsentrasi Kalium pada bumil menurun sebesar 0.5 mEq/L pada trimester kedua (Brown dkk,1986). Rute pengeluarannya antara lain pada mual dan muntah yang dapat bergerak kearah hipokalemia dan alkalosis.

Natrium
Defisiensi pada kehamilan sangat sulit terjadi kecuali bila bumil menggunakan diuretic. Kandungan natrium plasma akan menurun dalam kehamilan namun tidak pada tingkat yang mengkhawatirkan (Brown dkk, 1986).

Fluoride
Pemberian suplementasi fluoride pada bumil sampai saat ini masih dipertanyakan karena tidak ada hasil yang berarti pada anak (Horowitz and Heifetz, 1967).

Vitamin
Kebanyakan bukti yang berhubungan dengan pentingnya vitamin dalam kesuksesan reproduksi didapatkan dari penelitian pada binatang. Beberapa defisiensi yang berat terjadi pada binatang yang tidak diberi vitaman, yang dimulai lama sebelum kehamilan atau dengan memberi antagonis vitamin yang poten. Pemberian beberapa vitamin dalam jumlah berlebih pada binatang hamil menunjukkan efek yang merugikan pada janin.

Asam Folat
Di USA, sekitar 4000 kehamilan mengalami defek pada tube neural dan lebih dari setengah dapat dicegah dengan pemberian tambahan asam folat sebesar 400 ug selama masa kehamilan (Centers for Disease Control and Prevention, 1992).

Vitamin A
Asupan vitamin A pada wanita hamil di USA sudah mencukupi kebutuhan (American College of Obstetricians and Gynecologists, 1998). Suplementasi rutin selama kehamilan tidak dianjurkan. Bahkan ada beberapa laporan kasus toksisitas Vitamin A berlebih (10.000–50.000 IU) yakni pada derivat vitamin A isotretinoin yang ternyata teratogen pada manusia.

Vitamin B12
Level vitamin B12 pada wanita hamil menurun namun masih dalam batas normal pada wanita hamil Karena vitamin B12 hanya didapatkan pada produk hewani maka konsumsi yang rendah pada vegetarian atau keluarga kurang mampu perlu menjadi perhatian.

Vitamin B6
Beberapa penelitian yang berusaha membuktikan keberhasilan suplementasi B6 pada bumil telah gagal (Institute of Medicine, 1990). Dosis umum yang diterima adalah 2 mg.

Vitamin C
Dosis yang direkomendasikan adalam 70 mg/hari atau meningkat 20%. Pada plasma Ibu jumlah vitamin C dapat berkurang namuan pada tali pusat jumlahnya meningkat. Suatu fenomena yang umum ditemukan pada vitamin yang larut dalam air.

SARAN – SARAN BAGI IBU HAMIL
  • Secara umum sarankan ibu hamil untuk memakan makanan yang sesuai selera masing – masing.
  • Pastikan julah konsumsinya cukup terutama pada keluarga dengan keadaan social ekonomi rendah.
  • Pastikan terdapat peningkatan Berat Badan yang baik yakni sekitar 25 – 35 pon untuk wanita dengan BMI normal.
  • Berikan tablet besi sekitar 30 mg perhari dan suplementasi folat terutama pada awal kehamilan.
  • Periksa kadar Hb atau Hematokrit pada minggu 28 – 32 untuk melihat penurunannya
lihat artikel tentang - Sistem Integumen dan Metabolisme
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Seborrhea

A. Definisi
Adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya. Biasanya, proses pergantian sel-sel pada kulit kepala terjadi secara perlahan-lahan dan tidak terlihat oleh mata. Proses pergantian tersebut terjadi setiap bulan. Jika proses ini menjadi lebih cepat, maka akan timbul gangguan pada kulit kepala yang kita sebut ketombe. Gangguan yang lebih parah yaitu dermatitis seboroik, berupa serpihan berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala.

Pada Bayi

Dermatitis seborrheic, umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya. "Itulah kenapa, lewat dari masa bayi, masalah ini akan menghilang seiring dengan berkurangnya kadar hormon androgen."

Namun, tidak semua bayi akan mengalami dermatitis seborrheic. Jadi hanya bayi tertentu saja, terutama yang mengalami atopik, yakni kecenderungan untuk bereaksi menyimpang terhadap bahan-bahan yang bersifat umum. Bila reaksi menyimpang itu terjadi di kulit kepala, maka akan timbul dermatitis seborrheic bahkan eksim. Bila dermatitis seborrheic ini tidak ditangani secara tepat, mungkin saja akan berlanjut menjadi infeksi. Biasanya disertai proses inflamasi atau peradangan di dalam kulitnya. Ditandai dengan sisik yang berada di atas kulit yang kemerahan.

Anak yang atopik umumnya lahir dari orang tua yang berbakat atopik. "Bila orang tua menderita alergi terhadap benda-benda tertentu, hal ini kemungkinan menurun pada anaknya,. Biasanya, anak yang atopik akan mengalami eksim dan mengalami kelainan di lipat-lipatan tubuh, seperti ketiak, selangkangan, lipatan leher, lipatan hidung, maupun di bagian tubuh lain yang memiliki rambut, seperti alis dan di sekitar kemaluan pada anak yang sudah puber. Hal ini terjadi karena kelenjar minyak selalu berada dalam satu unit dengan folikel rambut. Oleh karena yang paling banyak memiliki kelenjar minyak adalah kepala, maka gangguan pun sering terjadi di situ seperti dermatitis seborrheic dan ketombean.

Kelainan Kulit Kepala
Seperti diungkapkan tadi, selepas dari masa bayi, maka dermatitis seborrheic segera menghilang karena hormon androgen yang berasal dari ibu sudah habis. Namun bila lewat usia ini masih juga muncul, berarti telah terjadi sesuatu yang tidak normal. Mungkin saja, sisik-sisik halus itu muncul karena adanya kelainan pada kulit kepala anak balita. "Nah, pada usia balita penyebabnya belum bisa dipastikan. Salah satu dugaan kuat adalah tumbuhnya jamur, sehingga memicu peningkatan produksi kelenjar minyak yang lumayan pesat."
Normalnya, kata Ari, setiap sebulan sel-sel kulit kepala yang sudah tua digantikan oleh sel-sel yang muda, sehingga jumlah serpihan kulit kepala yang lepas pun tidak banyak. Namun, sel kulit yang telah terkena jamur akan lebih cepat lepas. Bisa setiap lima hari sekali. Peningkatan produksi kelenjar kulit kepala umumnya disertai dengan rasa gatal, kerontokan rambut, rambut berbau tak enak, lebih berminyak, dan sukar diatur.

Jadi, pada anak "ketombeannya" sedikit berbeda dari ketombe orang dewasa. Ketombe pada orang dewasa adalah kelainan-kelainan yang terjadi pada area yang berambut, yang terkait dengan aktivitas kelenjar kulit. Umumnya bila kelenjar kulit kepala berproduksi secara berlebihan, yang bisa saja terjadi tanpa adanya campur tangan jamur atau yang lainnya, akan timbul sisik-sisik.

Menurut Boni E. Elewski, MD, seorang profesor dermatologi di Universitas Alabama Birmingham (UAB), Amerika Serikat, berdasarkan hasil penelitiannya, ada sejenis jamur yang kerap menyerang kepala anak-anak, yaitu jamur T. Tonsurans. Jamur ini bisa mengakibatkan infeksi tinea capitis atau ringworm. Hal ini dipicu akibat adanya infeksi jamur pada kulit, yang awalnya menimbulkan rasa gatal.

Anak-anak yang tinggal di kota besar, diamati Elewski, lebih rentan menderita infeksi ini karena kondisi lingkungannya yang lebih kurang bersih. Apalagi cara penularannya sangat mudah, bisa dari binatang peliharaan yang terinfeksi, sisir rambut, topi, sikat, serta media di kepala lainnya.
Bila anak terkena ringworm, gejala yang timbul umumnya ruam, bercak merah berbentuk cincin atau uang logam di sekitar perut, leher, paha, dan punggung yang pinggirannya terasa kasar serta halus di bagian tengahnya. Nah, bila ringworm telah mengenai kulit kepala, maka akan muncul sisik yang mirip dengan ketombe. Bila di kepala anak timbul sisik, mungkin sisik yang dialaminya merupakan infeksi akibat jamur ini.

Namun, lanjut Elewski, untuk mendeteksi apakah anak mengalami ketombe atau terkena infeksi jamur ringworm, bukanlah hal yang mudah, karena secara kasat mata gejalanya sangat mirip. Namun terkadang, infeksi ringworm memperlihatkan tanda dimana kulit kepala akan mengeras karena sisik yang berlapis-lapis atau menyebabkan rambut rontok.

Meskipun infeksi jamur ringworm tidak berbahaya, tetapi bila dibiarkan akan berdampak buruk pada kondisi rambut anak. Soalnya, pada kondisi yang sudah parah, kerontokan rambut akan semakin hebat dan menyebabkan terjadinya kebotakan secara permanen. Juga anak merasa tidak enak badan.

Untuk menghindari penularan, maka lingkungan di sekitar rumah harus mulai waspada terhadap anak yang terinfeksi ringworm. Ia harus menggunakan peralatan-peralatan rambut seperti sisir, topi, bandana, bando, pita, atau ikat rambut yang tersendiri. Agar lebih terjaga, cucilah semua peralatan tersebut bila ingin dipakai adik atau kakaknya.

B. Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui. Dermatitis seboreik sering ditemukan sebagai penyakit keturunan dalam suatu keluarga. Salah satu penyebab ketombe adalah Pitysporum ovale ( P. Ovale ). Walaupun namanya mungkin sedikit menakutkan , tetapi P. Ovale adalah jamur yang secara alami terdapat pada kulit kepala dan bagian kulit yang lain.

Dalam jumlah yang sedikit, jamur ini tidak menyebabkan kerugian yang berarti. Namun, dengan adanya perubahan cuaca, hormon, dan stress, kulit kepala kita akan menghasilkan lebih banyak minyak, sehingga menyebabkan jamur P. Ovale berkembang biak. Dengan berkembangbiaknya jamur tersebut, akan menyebabkan gatal pada kulit kepala dan mempercepat kerontokan sel kulit yang lama. Hasilnya : timbul Ketombe.

Kondisi ketombe yang parah atau dermatitis seboroik (seborrhea), seringkali ditemukan di kulit kepala. Namun dapat juga ditemukan di alis mata, pipi, di belakang telinga atau bagian dada. Seborrhea berupa sisik berwarna kuning berminyak yang melekat pada kulit kepala
Faktor resiko terjadinya dermatitis seboreik:
  • Stres
  • Kelelahan
  • Cuaca dingin
  • Kulit berminyak
  • Jarang mencuci rambut
  • Pemakaian losyen yang mengandung alkohol
  • Penyakit kulit (misalnya jerawat)
  • Obesitas (kegemukan).
Proses pergantian kulit mati, yang kemudian diganti dengan sel-sel kulit dibawahnya disebut keratinisasi. Ada beberapa hal yang membuat periode keratinisasi ini tidak normal, diantaranya:
  • Keaktifan kelenjar minyak kulit yang meningkat. Ketombe terjadi pada kulit kepala yang produksi minyaknya berlebihan.
  • Mikroorganisme,Adanya peningkatan jumlah fungus bernama Pityrosporum Ovale. Fungus ini bertanggung-jawab pada proses pemecahan lemak kulit, yang menyebabkan iritasi kulit kepala.
  • Makanan berlemak,
  • Mengakibatkan produksi minyak dari kelenjar minyak bertambah. Asupan lain yang juga punya andil besar merangsang kelenjar minyak membentuk minyak kulit adalah sambal, alkohol, kopi, serta rokok.
  • Zat atau bahan yang menempel pada kulit kepala seperti obat-obatan tertentu, sabun, shampoo, minyak rambut. Zat-zat ini secara langsung merangsang kulit kepala, atau menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
  • Hormon tertentu. Hormon yang dapat memacu keaktifan kelenjar minyak misalnya hormon Androgen.
  • Hal lain seperti stress, genetika, cuaca.
Seborrhea ini bukan cuma terdapat pada kulit kepala saja? Inilah yang kemudian menjadi Seborrheic Dermatitis, atau keadaan kulit yang berwarna merah, bersisik, dan sangat gatal. Bisa terjadi di kulit kepala, samping kiri dan kanan hidung, alis, bulu mata, kulit di belakang kuping, dada bagian tengah, pusar, ketiak, lipatan buah dada, selangkangan, atau bokong,? kupas Desi.

Setiap orang pastilah mengalami Seborrheic Dermatitis. Pada bayi disebut dengan nama Cradle Cap. Tanpa diobati serius, Cradle Cap ini akan hilang saat usia bayi berkisar antara delapan hingga 12 bulan. Cradle Cap pada bayi merupakan warisan hormon berlebih yang diberikan si ibu, sebelum bayi tersebut lahir.

Bentuk Ringan dari Seborrhea Dermatitis
Seborrhea Dermatitis akan datang dan pergi sepanjang umur manusia. Paling banyak dialami pada mereka yang jenis dan kulit rambutnya berminyak. dandruff/ketombe adalah bentuk lebih ringan dari Seborrhea Dermatitis. Cirinya bersisik, tidak merah, namun sangat gatal.

Pada fase selanjutnya, ketombe dapat menimbulkan kebotakan, Kelenjar kulit minyak berada di akar rambut, akar rambut ini yang digigit terus oleh kutu atau demodex,? paparnya. Kutu inilah yang membuat akar rambut tidak kuat. Belum lagi ditambah perilaku menggaruk akibat rasa gatal luar biasa.

Pencegahan ketombe, harus disesuaikan dengan kemungkinan penyebabnya. Misalnya dengan diet makanan rendah lemak dan karbohidrat, menghindari rokok, alkohol, sambal, menjaga kebersihan dan kesehatan kulit kepala, menjauhi pemakaian obat atau kosmetika tertentu (minyak rambut, shampoo, sabun), menghindari stress, hidup teratur, santai dan tenang.

Sementara pengobatannya sendiri, dilakukan dengan melihat penyebab dan keadaan penyakitnya. Pada dasarnya, obat ketombe terbagi dua jenis. Pertama, obat topikal atau obat yang ditempelkan, kedua, obat sistemik atau obat yang diminum,? ujar Desi. Obat yang ditempelkan antara lain obat penghilang rasa sakit, penghilang rasa gatal dan radang, antibiotik, serta obat penenang.
Bisa juga diberikan obat hormonal seperti estrogen dan siproteron, bagi mereka yang tidak sembuh terhadap pengobatan. Serta tambahan vitamin B Riboplavin, Piridoksin dan sebagainya. Shampoo dapat menjadi alat pengobatan tetapi juga penyebab timbulnya ketombe. Shampoo biasa umumnya terdiri atas 50 persen hingga 70 persen air, tujuh persen hingga 15 persen surfaktan/deterjen, dua persen hingga lima persen conditioner, dan tiga persen hingga lima persen pembentuk busa.

Tapi untuk obat anti ketombe, tukas Desi, harus ditambah zat lain seperti Selenium Sulfida, Sengpirition, Ter, dan Ketokonazol. Desi tidak mengesampingkan adanya obat tradisional, seperti membilas kulit kepala dengan air teh. ?Sebab teh mengandung dasinfektan,? cetusnya. Tapi terapi ini harus dilakukan dalam jangka waktu lama, dan terus menerus setiap hari.

C. Gejala
Dermatitis seboreik biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan sisik kering atau berminyak di kulit kepala (ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di sepanjang garis rambut, di belakang telinga, di dalam saluran telinga, alis mata dan dada.

Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di wajah. Ruam di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok. Pada anak-anak, dermatitis seboreik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.

Serpihan/Sisik
Merupakan tanda yang paling mudah dilihat dan paling memalukan. Sisik tersebut adalah tanda bahwa kulit di kepala anda rontok dan waktu pergantian sel-sel pada kulit kepala menjadi lebih cepat. Serpihan-serpihan/sisik berwarna putih dengan berbagai ukuran dan bentuk yang terdapat di kulit kepala, rambut, dapat juga melekat pada baju berwarna hitam favorit anda. Pergantian sel kulit kepala biasanya tidak terdeteksi oleh mata. Namun dengan dipercepatnye proses pergantian ini, menyebabkan timbul KETOMBE. Jadi, setiap butir serpihan/sisik yang anda lihat sebetulnya adalah kumpulan dari sejumlah sel sel kulit kepala yang mati dalam jumlah besar, sehingga mudah menjadi perhatian.

Gatal
Satu tanda lagi bahwa anda ber-KETOMBE adalah gatal pada kulit kepala. Gatal tersebut terjadi karena timbul peradangan pada kulit kepala yang disebabkan oleh jamur P.Ovale. Jamur inilah yang menyebabkan timbulnya ketombe dan gatal pada kulit kepala.

Kemerahan
Tanda ketiga dari ketombe dikenal dengan seborrhea. Dalam kondisi ini, terlihat kemerahan di sekitar kulit kepala. Dapat juga terlihat di sekitar alis mata, pipi, belakang telinga atau bagian dada.

D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

E. Pengobatan
Pengobatan dermatitis seboreik tergantung kepada usia penderita:
1. Anak-anak.
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari. Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari; setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.

2. Bayi.
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim hydrocortisone. Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu. Kini banyak sediaan krim, lotion, dan shampoo di pasaran untuk membasmi ketombe. Produk-produk yang digunakan untuk mengatasi ketombe biasanya mengandung asam salisilat, coal tar, zinc pyrithione, selenium sulfida dan belerang. Walaupun sebagian digolongkan sebagai obat yang dijual bebas dan sebagian digolongkan sebagai kosmetik, produk-produk tersebut hanya dapat mengatasi gejala-gejala dari ketombe, tetapi tidak mengatasi penyebab ketombe.
Satu yang mengklaim dapat membasmi jamur penyebab ketombe:
Fungasol® - ss. Fungasol® - SS mengandung Ketoconazole, yang merupakan bahan aktif yang paling banyak diresepkan oleh dokter dokter di dunia untuk mengatasi ketombe, dan sekarang telah di jual bebas tanpa resep di apotik-apotik dan toko-toko obat.
Fungasol-Solusi Tepat Atasi Ketombe
- Mengandung ketoconazole 1%
- Bahan aktif yang teruji secara klinis.
- Ampuh membasmi ketombe.
- Membunuh jamur P.Ovale penyebab ketombe.

F. Kiat Mengatasi
Bila dermatitis seborrheic maupun infeksi ringworm sudah dalam kondisi yang parah, segeralah minta bantuan ahli untuk mengatasinya. Pengobatan-pengobatan yang dilakukan oleh dokter kulit misalnya, sangat diperlukan untuk penanganan yang efektif. Namun, meskipun pertolongan ahli sangat diperlukan, ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan sendiri untuk penyembuhan yang lebih maksimal:
Umumnya anak yang berbakat atopik di kepala akan mengalami "ketombean" yang lebih parah kalau cuaca sedang panas. Soalnya di saat seperti ini aktivitas kelenjar androgennya akan meningkat. Usahakan meminimalisir suasana tidak nyaman tersebut, misalnya dengan memakai payung bila keluar rumah, menghindari ruangan yang pengap, menghindari baju yang tebal, dan sebagainya. Sangat baik bila kita bisa menyediakan ruangan ber-AC untuk anak.
Sebaiknya, jangan mengangkat sisik di kepala anak sebelum ada perintah dokter. Dikhawatirkan akan terjadi infeksi. Mungkin saja alat yang digunakan tidak steril. Bila infeksi terjadi, maka bisa lebih berbahaya. Dokter akan memberikan obat bila sisik di kepala anak terlihat banyak dan harus diangkat. Selain itu, terutama pada bayi, obat tersebut biasanya dicampur dengan minyak agar mudah mengenai kulit kepala.
  1. Penggunaan sampo bisa saja dilakukan karena sampo merupakan produk yang dibuat khusus untuk membersihkan kulit kepala dari kotoran. Namun hati-hati, gunakan sampo yang betul-betul diperuntukkan bagi anak, bukan untuk orang dewasa. Sampo untuk orang dewasa umumnya mengandung bahan sulfaktan, bahan pewangi, pengawet, dan sebagainya yang bisa mengiritasi kulit dan mata. Sedangkan sampo bayi sengaja tidak mendapat tambahan bahan-bahan yang bakal membahayakannya. Sampo tersebut harus lembut karena fungsi kelenjar kulit pada bayi dan anak belum bekerja secara sempurna.
  2. Penggunaan sampo untuk membersihkan kulit kepala memang sangat efektif. Namun tidak semua bayi dan anak betul-betul membutuhkannya. Bila tanpa sampo tak ada kelainan yang muncul, lebih baik gunakan air bersih saja ketika menyuci kepalanya. Frekuensi yang dianjurkan untuk pemakaian sampo adalah seminggu dua kali atau tiga kali. Namun, umumnya sampo bayi sangat lembut, sehingga tidak masalah bila dipakai setiap hari.
  3. Banyak anak yang aktif di luar rumah sehingga banyak mengeluarkan keringat dan membuat kepalanya bau. Bila ingin menggunakan sampo setiap hari, pilih sampo jenis mild.
  4. Untuk ketombe yang disebabkan jamur, kita bisa menanganinya dengan mengontrol populasi jamur. Kita bisa mencuci rambut anak setiap hari dan pijatlah kulit kepala dengan sampo secara perlahan karena akan menghilangkan jamur lewat serpihan kulit yang lepas.
  5. Pada kasus karena infeksi ringworm, pengobatan tidak selalu harus dilakukan oleh dokter. Kita bisa menggunakan obat antijamur yang bisa didapat di apotek. Carilah produk-produk yang mengandung 2% clotrimezol. Pada beberapa anak yang sensitif dengan produk krim, oleskan sedikit saja. Namun jika terjadi ruam, cobalah konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan alternatif pengobatan yang lain.
  6. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sesudah menyentuh kulit kepala anak yang terkena infeksi. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan lebih lanjut.
lihat artikel tentang - Seborrhea
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


KELOID

Pernahkah diantara pembaca melihat tonjolan kulit (keloid) bekas luka seperti gambar ? Mungkin mengalami sendiri, mungkin melihat keloid teman, kerabat atau orang lain. Keloid timbul karena bekas luka, bisa luka operasi, luka bakar, luka apapun termasuk bekas jerawat atau bekas bisul. Bayangkan jika keloid nampak di wajah atau tempat terbuka bagian tubuh lainnya. Belum lagi rasa gatal dan clekit-clekit yang ditimbulkannya. Menggemaskan.

PENGERTIAN
Keloid adalah benjolan padat di kulit (berwarna kecoklatan, kemerahan) yang merupakan pertumbuhan berlebihan jaringan fibrosa setelah penyembuhan luka. Benjolan ini (keloid) makin luas melebihi batas luka dan sering terasa gatal.

ANGKA KEJADIAN
Keloid lebih sering terjadi pada kulit gelap (berwarna) dibanding kulit putih. Persentase kejadian sama antara pria dan wanita. Lebih sering terjadi pada usia anak-anak dan dewasa muda (10-30 tahun).

FAKTOR PENYEBAB
Penyebab pasti masih menjadi perdebatan. Diduga karena adanya proses peradangan pada kulit, bisa akibat luka, jerawat atau berbagai sebab yang menimbulkan peradangan.
Faktor-faktor yang berperan terhadap terjadinya keloid, antara lain:

  • Faktor keturunan dan ras. Kulit gelap (berwarna) lebih sering dibanding kulit putih.
  • Umur. Lebih sering terjadi pada usia muda.
  • Jenis dan lokasi trauma (luka). Keloid lebih sering terjadi pada peradangan yang lama sembuh. Dan lebih mudah terjadi pada daerah dengan regangan kulit yang tinggi, misalnya: dada, bahu, leher, kepala dan tungkai.

TANDA-TANDA
Benjolan keras, tidak teratur, berbatas jelas, menonjol, berwarna kecoklatan, kemerahan. Awalnya kenyal seperti karet, licin dan acapkali terasa gatal. Lama kelamaan benjolan tersebut mengeras dan tidak terasa apa-apa.

PENGOBATAN
Berbagai cara pengobatan dapat dilakukan untuk meratakan tonjolan keloid, antara lain:

  • Injeksi kortikosteroid (triamcinolone acetonide) intralesi (injeksi langsung pada permukaan keloid).
  • Pembedahan. Cara ini justru menimbulkan keloid baru yang lebih luas dari sebelumnya. Ada sementara pendapat yang menyatakan bahwa pembedahan disertai perban tekan dan injeksi steroid intralesi memberikan hasil baik.
  • Penekanan. Yakni penekanan dengan bahan berpori-pori sepanjang hari selama 12-24 bulan. Dapat juga menggunakan plester Haelan (mengandung flurandrenolone).
  • Bedah beku (cryotherapy) menggunakan nitrogen cair. Lebih efektif jika dikombinasi dengan injeksi kortikosteroid intralesi.
  • Laser karbondioksida.

Menurut penulis, pilihan terbaik adalah dengan injeksi langsung menyusur permukaan keloid dengan kortikosteroid (triamcinolone acetonide) setidaknya 1-4 minggu sekali hingga tonjolan keloid menjadi rata.

Untuk keloid yang besar, injeksi dapat dilakukan berulangkali (ada yang sampai belasan kali) hingga rata. Itupun masih ada kemungkinan pertumbuhan pada jaringan kecil yang sebelumnya tidak terinjeksi.

Untuk keloid kecil pada umumnya bisa rata setelah injeksi kortikosteroid 3-5 kali.
Injeksi terbaik adalah dengan jarum (needle) no.27G menyusur permukaan keloid. Pastikan keloid berwarna putih agak menggelembung karena masuknya obat. Sekali lagi menyusuri permukaan, bukan injeksi dalam menusuk keloid. Injeksi menusuk ke dalam keloid seringkali menuai kegagalan. Mengapa ? Mungkin terkait dengan jaringan keloid yang secara histopatologis menunjukkan pola seluler.
Injeksi kortikosteroid tidak bisa diberikan pada keloid yang luas, miaslnya karena luka bakar. Pada kasus demikian dapat dipertimbangkan pengobatan cara lain.

Perlu diketahui, bekas keloid tidak lantas hilang, meski sudah dapat diratakan.
Pada kasus yang melibatkan wajah (keloid di wajah), seyogyanya berkonsultasi kepada ahli kulit atau ahli bedah plastik agar didapatkan hasil optimal.

Semoga bermanfaat

Bacaan:

  • Keloid and hypertrophic scar
  • Keloid
  • Ilmu Penyakit Kulit, Marwali Harahap, Prof. Dr.
  • Ilustrasi Ilmu Bedah Minor, Michael Saleh, Vija K Sodera.
lihat artikel tentang - KELOID
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Asuhan Keperawatan Dengue Haemoragic Fever (DHF/DBD) (Askep Dengue Haemoragic Fever (DHF/DBD))

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

A. Pengertian
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman, 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir, Patrick manson, 2001).

B. Etiologi
  1. Virus dengue sejenis arbovirus.
  2. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.
    Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.
C. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor
meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

D. Tanda dan gejala
  1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari.
  2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
  3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
  4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
  5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
  6. Sakit kepala.
  7. Pembengkakan sekitar mata.
  8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
  9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
E. Pemeriksaan penunjang
  • Darah
    1. Trombosit menurun.
    2. HB meningkat lebih 20 %
    3. HT meningkat lebih 20 %
    4. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
    5. Protein darah rendah
    6. Ureum PH bisa meningkat
    7. NA dan CL rendah

  • Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
    1. Rontgen thorax : Efusi pleura.
    2. Uji test tourniket (+)
F. Penatalaksanaan
  • Tirah baring
  • Pemberian makanan lunak
  • Pemberian cairan melalui infus
  • Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik
  • Anti konvulsi jika terjadi kejang
  • Monitor tanda-tanda vital (Tekanan Darah, Suhu, Nadi, RR).
  • Monitor adanya tanda-tanda renjatan
  • Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
  • Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
G. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.
Perkembangan menitikberatkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
  1. Motorik kasar
    • Loncat tali
    • Memukul
    • Badminton
    • Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
  2. Motorik halus
    • Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
    • Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
  3. Kognitif
    • Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
    • Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
    • Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
    • Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang.
  4. Bahasa
    • Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
    • Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
    • Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
    • Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF
  1. Pengkajian
    Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
    • Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
    • Kaji riwayat keperawatan.
    • Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).

  2. Diagnosa keperawatan yang Muncul
    1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
    2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.

  3. Intervensi
    Diagnosa 1. :
    Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam.
    Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
    Kriteria hasil :
    • Volume cairan tubuh kembali normal
    Intervensi :
    • Kaji KU dan kondisi pasien
    • Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR )
    • Observasi tanda-tanda dehidrasi
    • Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus
    • Balance cairan (input dan out put cairan)
    • Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak
    • Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh
      keringat.

    Diagnosa 2. :
    Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
    Tujuan : Hipertermi dapat teratasi
    Kriteria hasil :
    • Suhu tubuh kembali normal
    Intervensi :
    • Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh
    • Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak
    • Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat
    • Anjurkan keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari katun.
    • Anjurkan keluarga untuk memberikan minum banyak kurang lebih 1500 – 2000 cc per hari
    • kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas.

    Diagnosa 3. :
    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
    muntah, tidak ada nafsu makan.
    Tujuan : Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi
    Kriteria hasil :
    • Intake nutrisi klien meningkat
    Intervensi :
    • Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi
    • Timbang berat badan klien tiap hari
    • Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi
      sering
    • Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual
    • Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi).
    • Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik.
    • Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet.




Hasil Pencarian Untuk Asuhan Keperawatan Askep DHF (DBD)
Tag: search result for asuhan keperawatan askep DHF (DBD)
Tag: search result for asuhan keperawatan askep DHF (DBD)
Tag: search result for asuhan keperawatan askep DHF (DBD)
Tag: search result for asuhan keperawatan askep DHF (DBD)
Tag: search result for asuhan keperawatan askep DHF (DBD)
lihat artikel tentang - Asuhan Keperawatan Dengue Haemoragic Fever (DHF/DBD) (Askep Dengue Haemoragic Fever (DHF/DBD))
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Tinjauan Teoritis: BPH

BPH

DEFINISI
Hipertropi prostat adalah pertumbuhan dari nodula-nodula pibro adenomatosa majemuk dalam prostat jaringan hyperplastik terdiri dari kelenjar stroma fibrosa yang jumlahnya berbeda-beda. (Sylvia Andersom Price, 1994)

Hypertropi prostat adalah hiperplasia dari kelenjar periureter sehingga kelenjar ini mendesak kelenjar prosrat sehingga lama-lama menjadi gepeng disebut sebagai kapsul prostat (Purnawan Junadi, 1982).

ETIOLOGI
Penyebab secara pasti belum diketahui, dikarenakan hypertropi prostat merupkan gangguan yang sering terjadi di usia tua. Faktor yang mempercepat terjadinya hipertropi9 prostat adalah : diet, pengaruh dari inflamasi kronik, sosial ekonomi, herediter.

ANATOMI FISIOLOGI
Kelenjar proatat adalah suatu jaringan fibromuskular dan kelenjar grandular yang melingkari urethra bagian proksimal yang terdiri dari kelnjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos terletak di bawah kandung kemih dan melekat pada dinding kandung kemih dengan ukuran panjang : 3-4 cm dan lebar : 4,4 cm, tebal : 2,6 cm dan sebesar biji kenari, pembesaran pada prostat akan membendung uretra dan dapat menyebabkan retensi urine, kelenjar prostat terdiri dari lobus posterior lateral, anterior dan lobus medial, kelenjar prostat berguna untuk melindungi spermatozoa terhadap tekanan yang ada uretra dan vagina. Serta menambah cairan alkalis pada cairan seminalis.

TANDA DAN GEJALA
  • Hilangnya kekuatan pancaran saat miksi (bak tidak lampias)
  • Kesulitan dalam mengosongkan kandung kemih
  • Rasa nyerisaat memulai miksi
  • Adanya urine yang bercampur darah (hematuri)
  • Berdasrkan stadium

KOMPLIKASI
  1. Aterosclerosis
  2. Infark jantung
  3. Impoten
  4. Haemoragik post operasi
  5. Fistula
  6. Striktur pasca operasi & inconentia urine.

PENATALAKSANAAN
  1. Non Operatif
    • Pembesaran hormon estrogen & progesteron
    • Massase prostat, anjurkan sering masturbasi
    • Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek
    • Cegah minum obat antikolinergik, antihistamin & dengostan
    • Pemasangan kateter.

  2. Operatif
    Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750ml
    • TUR (Trans Uretral Resection)
    • STP (Suprobic Transersal Prostatectomy)
    • Retropubic Extravesical Prostatectomy)
    • Prostatectomy Perineal.
lihat artikel tentang - Tinjauan Teoritis: BPH
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5

29 April 2011


ASKEP ANLL/ AML

ASUHAN KEPERAWATAN ANLL / AML

A.Definisi
Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML) adalah salah satu jenis leukemia; dimana terjadi proliferasi neoplastik dari sel mieloid (ditemukannnya sel mieloid : granulosit, monosit imatur yang berlebihan). (1,2) AML meliputi leukemia mieloblastik akut, leukemia monoblastik akut, leukemia mielositik akut, leukemia monomieloblastik, dan leukemia granulositik akut (1)

B.Penyebab
Seperti halnya leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia), etiologi AML sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan adalah :
1.Faktor endogen
Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML meningkat pada anak yang terkena Down Sindrom), herediter (kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau kembar satu telur).
2.Faktor eksogen
Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol, Arsen, preparat Sulfat), infeksi (virus, bakteri).

C.Tanda dan Gejala
1.Hipertrofi ginggiva
2.Kloroma spinal (lesi massa)
3.Lesi nekrotik atau ulserosa perirekal
4.Hepatomegali dan splenomegali (pada kurang lebih 50% anak)
5.Manifestasi klinik seperti ALL , yaitu
a.Bukti anemia, perdarahan, dan infeksi : demam, letih, pucat, anoreksia, petekia dan perdarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri abdomen yang tidak jelas, berat badan menurun, pembesaran dan fibrosis organ-organ sistem retikuloendotelial (hati , limpa, dan limfonodus)
b.Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges : nyeri dan kaku kuduk, sakit kepala, iritabilitas, letargi, muntah, edema papil, koma.
c.Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian sistem yang terkena; kelemahan ekstremitas bawah, kesulitan berkemih, kesulitan belajar, khususnya matematika dan hafalan (efek samping lanjut dari terapi).

D.Patofisiologi dan Pathways
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik, maupun herediter.
Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel darah putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula.
Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan sebagai berikut. Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia dan merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia tersebut, maka virus mudah masuk. Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk dari struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh atau HL-A (Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A diturunkan menurut hukum genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan faktor herediter.
Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang. Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal.

E.Komplikasi
1.Gagal sumsum tulang
2.Infeksi
3.Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)
4.Splenomegali
5.Hepatomegali

F.Pemeriksaan Diagnostik
1.Hitung darah lengkap (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik. Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur.
2.Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
3.Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum
4.Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat diagnosis.
5.Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan tulang.
6.Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik
7.Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.

G.Penatalaksanaan
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang diberikan pada anak. Proses remisi induksi pada anak terdiri dari tiga fase : induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6 minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapi untuk menimbulkan remisi. Periode intensif diperpanjang 2-3 minggu selama fase konsolidasi untuk memberantas keterlibatan sistem syaraf pusat dan oragan vital lain. Terapi rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison, vinkristin, asparaginase, metrotreksat, merkaptopurin, sitarabin, alopurinol, siklofosfamid, dan daunorubisin.

H.Pengkajian Keperawatan
1.Kaji adanya manifestasi klinik AML (kelelahan, nyeri, pucat, anoreksi, perdarahan, penurunan berat badan, letargi, hipertropi ginggiva, ulserosa perirektal, dll)
2.Kaji reaksi anak terhadap kemoterapi : diare, anoreksia, mual, muntah, retensi cairan, hiperuremia, demam, stomatitis, ulkus mulut, alopesia, nyeri, dll
3.Kaji adanya tanda dan gejala infeksi : peningkatan leukosit, demam, peningkatan LED
4.Kaji adanya tanda dan gejala hemoragi
5.Kaji adanya tanda dan gejala komplikasi : somnolens radiasi, gejala SSP, lisis sel.
6.Kaji koping anak dan keluarga.

I.Diagnosa Keperawatan
1.Intoleransi aktivitas
2.Resiko tinggi infeksi
3.Kelebihan volume cairan
4.Kerusakan integritas jaringan
5.Resiko tinggi perubahan nutrisi
6.Resiko tinggi cedera
7.Gangguan citra diri
8.Ansietas
9.Resiko tinggi penurunan curah jantung
10.Resiko tinggi keletihan
11.Resiko tinggi perubahan pertumbuhan dan perkembangan
12.Resiko tinggi perubahan proses keluarga
13.Resiko tinggi penatalaksanaan aturan pengobatan yang tidak efektif



J.Intervensi Keperawatan
1.Pantau anak untuk mengetahui reaksi terhadap pengobatan
2.Pantau adanya tanda dan gejala infeksi :
a.Waspadai bahwa demam adalah tanda yang terpenting dari infeksi
b.Obati semua anak seakan-akan mereka semua menderita neutropeni sampai diperoleh hasil test. Isolasi mereka dari pasien klinik lainnya, terutama anak-anak dengan penyakit infeksi, khususnya varisela.
c.Minta anak tersebut memakai masker bila bersama dengan orang lain dan bila menderita neutropeni berat ( leukosit kurang dari 1000/mm3).
d.Waspadai bahwa jika seorang anak menderita neutropeni, ia tidak boleh menjalani kemoterapi. Anak tsb dapat menerima antibiotik Ivjika demam juga terjadi (lebih banyak pasien yang meninggal karena infeksi daripada karena penyakitnya).
3.Pantau adanya tanda dan gejala hemoragi
a.Periksa adanya memar dan petekia pada kulit
b.Periksa danya mimisan dan gusi berdarah
c.Jika diberi suntikan, tekan bekas tusukan lebih lama dari biasanya (kira-kira 3-5 menit) untuk memastikan perdarahan telah berhenti. Perikas lagi untuk memastikan bahwa tidak ada perdarahan lagi.
4.Pantau adanya tanda gejala komplikasi
a.Somnolens radiasi : dimulai 6 minggu setelah menerima radiasi kraniospinal, anak menunjukkan keletihan berat dan anoreksia selama kira-kira 1-3 minggu. Orang tua sering kali mersa khawatir tentang terjadinya kambuhan pada saat ini dan perlu untuk diyakinkan.
b.Gejala SSP : sakit kepala, penglihatan kabur atau ganda, muntah. Gejala-gejala tersebut dapat mengindikasikan keterlibatan SSP.
c.Gejala pernafasan : batuk, kongesti paru, dispnea. Gejala-gejala tersebut mengindikasikan adanya pneumositis atau infeksi pernafasan lainnya.
d.Lisis sel : lisis sel yang cepat setelah kemoterapi dapat mempengaruhi kimia darah, mengakibatkan peningkatan Kalsium dan Kalium.

5.pantau adanya kekhawatiran dan ansietas tentang diagnosis kanker dan hubungannya dengan pengobatan; pantau respon emosional seperti marah, menyangkal, kesedihan
6.Pantau adanya gangguan dalam fungsi keluarga
a.Dasar semua intervensi pada latar belakang budaya, agama pendidikan, dan sosial ekonomi keluarga
b.Libatkan saudara kandung sebanyak mungkin dalam perawatan karena mereka sangat prihatin terhadap perubahan yang terjadi pada anak yang sakit dan fungsi keluarga
c.Pertimbangkan kemungkinan bahwa saudara kandung merasa bersalah dan disalahkan
d.Tingkatkan keutuhan keluarga dengan memberi kebebasan jam kunjung selama 24 jam bagi semua anggota keluarga.

K.Hasil yang Diharapkan
1.Anak mencapai remisi
2.Anak bebas dari komplikasi penyakit
3.Anak dan keluarga mempelajari tentang koping yang efektif untuk menghadapi hidup dan penatalaksanaan penyakit tersebut.


























REFERENSI

1.Whaley’s and Wong. Essential of Pediatric Nursing. Sixth Edition. USA : Mosby. 2000.
2.Betz, CL & Sowden, LA. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2002.
3.Whaley’s and Wong. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Edisi 4. USA : Mosby. 2001.
4.Joyce Engel. Pengkajian Pediatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC. 1999
5.Brunner& Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta : EGC. 2002.
6.Guyton. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta : EGC. 1995
lihat artikel tentang - ASKEP ANLL/ AML
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Tanda-tanda Sistem Imun Tubuh Buruk

Tiap orang memiliki sistem imun atau kekebalan tubuh yang berbeda-beda. Semuanya tergantung dari genetik, pola hidup maupun lingkungan. Lalu bagaimana dengan Anda? Kenali tanda-tanda jika sistem imun sudah tubuh terganggu. Sistem imun membantu melindungi tubuh dari zat-zat asing yang bisa membahakan tubuh seperti racun, sel-sel kanker, darah atau jaringan yang tidak seharusnya berada dalam tubuh.

Ketika sistem kekebalan seseorang sudah terganggu, berbagai jenis penyakit pun gampang menyerang. Berikut ini adalah tanda-tanda terganggunya atau kurangnya sistem imun tubuh seseorang, seperti Dikutip dari Health.

Infeksi yang tak kunjung sembuh
Normalnya bila seseorang terluka, secara alami tubuh akan menutup luka itu sendiri, namun bagi mereka yang sistem kekebalannya terganggu, menyembuhkan luka membutuhkan waktu yang lebih lama.

Munculnya daging jadi, tumor atau sel kanker
Tubuh yang lemah adalah sasaran empuk zat-zat radikal bebas yang bisa memicu tumbuhnya daging jadi, tumor bahkan kanker. Karena kurangnya zat imun yang bisa melawan radikal bebas itu, tubuh membiarkan zat asing masuk dan berkembang di dalamnya.

Infeksi saluran pernafasan seperti pneumonia dan bronkitis
Saluran pernafasan sangat rawan terserang bakteri, virus dan zat asing lainnya karena berhubungan langsung dengan lingkungan. Oleh karena itu, mereka yang yang rendah daya tahan tubuhnya gampang terserang penyakit seperti bronkitis atau pneumonia.

Penyembuhan penyakit yang lambat
Proses penyembuhan penyakit merupakan proses bekerjanya sistem imun, Namun jika seseorang tak kunjung sembuh jua meski telah diberi berbagai macam obat, mungkin ada yang salah dengan sistem imunnya, contohnya penyakit diabetes.

Ketika tanda-tanda kurangnya sistem imun ditemukan pada diri Anda, segera lakukan sesuatu untuk mengatasinya. Konsumsi makanan bergizi, terutama yang kaya antioksidan, minuman probiotik untuk menjaga saluran pencernaan dan olahraga teratur untuk memperkuat daya tahan tubuh. (sumber: detik.com)
lihat artikel tentang - Tanda-tanda Sistem Imun Tubuh Buruk
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Flu dan Vitamin C

Flu dan Vitamin C: "

Memasuki musim pancaroba seringkali terjadi perubahan cuaca yang sangat ekstrim. Pagi hari matahari bersinar sangat cerah, sehingga udara siang terasa sangat panas dan membuat kita merasa gerah, namun di sore hari langit berubah menjadi kelihatan mendung dan hujan pun turun dengan derasnya.


Perubahan cuaca yang tiba-tiba dapat membuat daya tahan tubuh kita menurun dan mennjadi sangat rentan terhadap penyakit. Jika daya tahan tubuhkita sudah menurun, virus yang menyebabkan penyakit batuk, pilek, dan sakit perut seperti diare akan mudah menghampiri dan mulai menyerang kita.


Biasanya dalam kondisi yang demikian, antibiotik menjadi andalan untuk mengatasi gangguan penyakit-penyakit tersebut. Padahal sebenarnya tubuh kita telah memiliki mekanisme sistem kekebalan yang digunakan untuk menangkal faktor atau zat yang berasal dari luar tubuh uang dapat membahayakan kesehatan kita.


Karena kekebalan tubuh bersifat dinamis, dan virus dapat bermutasi, maka kita harus mempunyai gaya hidup yang sehat untu dapat memperkuat pertahanan tubuh kita. Apalagi saat ini banyak bermunculan penyakit-penyakit baru yang berbahaya, seperti virus flu burung.


Flu merupakan penyakit yang di akibatkan oleh infeksi virus, sehingga menyebab- kan peradangan pada pada sistem pernafasan kita. Selama ini, Vitamin C bukan hanya dikenal sebagai primadonanya vitamin, tetapi banyak orang menggunakannya sebagai penangkal flu dan mengobati sariawan.


Berdasarkan penelitian Dr. Linus Pauling diketahui bahwa Vitamin C memiliki kemampu-an untuk menghambat partikel virus agar tidak menyebar melalui sel dan jaringan tubuh, selain itu Vitamin C juga mengurangi kekampuan molekul oksigen sampai menjadi radikal bebas dan kemudian menghancurkan asam nukleus virus.


Apabila kita melihat manfaat yang bisa kita peroleh dari Vitamin , rasanya tidak salah jika kita mulai membiasakan diri untuk memenuhi kebutuhan akan vitamin C dalam tubuh kita dengan gaya hidup sehat dan selalu mengkonsomsi buah dan sayur yang banyak mengandung vitamin C, seperti Jambu Batu/Jambu Kelutuk, Jeruk, Apel, Kapri, daun pepaya dan lain sebaginya.


Tips mencegah Flu :

- Biasakan untuk mencuci tangan dengan sabun

- Minum banyak air putih, minimal 8 gelas sehari

- Usahakan menghindari orang lain yang terkena flu

- Jaga selalu daya tahan tubuh dengan cukup istirahat, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur dan selalu penuhi kebutuhan vitamin C.

http://askep-askeb-kita.blogspot.com/
lihat artikel tentang - Flu dan Vitamin C
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Mekanisme leukosit dalam menangani virus penyebab penyakit


Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain.

Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000 - 30.000/µl. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 - 38.000 /µl. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 - 11.000/µl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 - 10.0004/µ1. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapijarang lebih dari 11.000/µl.Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut leukositosis.

Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid. Leukositosis yang terjadi sebagai akibat peningkatan yang seimbang dari masing-masing jenis sel, disebut balanced leokocytosis. Keadaan ini jarang terjadi dan dapat dijumpai pada hemokonsentrasi. Yang lebih sering dijumpai adalah leukositosis yang disebabkan peningkatan dari salah satu jenis leukosit sehingga timbul istilah neutrophilic leukocytosis atau netrofilia, lymphocytic leukocytosis atau limfositosis, eosinofilia dan basofilia. Leukositosis yang patologik selalu diikuti oleh peningkatan absolut dari salah satu atau lebih jenis leukosit.Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/0 darah. Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia disebabkan oleh netropenia.

kata kunci: Penyebab Leukositosis
lihat artikel tentang - Mekanisme leukosit dalam menangani virus penyebab penyakit
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Tinjauan Teoritis: Sifilis

Sifilis

A. PENGERTIAN
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh.


B. ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini adalah Treponema pallidum yang termasuk ordo spirochaetales, familia spirochaetaceae, dan genus treponema. Bentuk spiral, panjang antara 6 – 15 µm, lebar 0,15 µm. Gerakan rotasi dan maju seperti gerakan membuka botol. Berkembang biak secara pembelahan melintang, pembelahan terjadi setiap 30 jam pada stadium aktif.


C. EPIDEMIOLOGI

Asal penyakit tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis melelui hubungan seksual. Pada abad ke-15 terjadiwabah di Eropa. Sesudah tahun 1860, morbilitas sifilis menurun cepat. Selama perang dunia II, kejadian sifilis meningkat dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun setelah itu.

Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.


D. PATOFISIOLOGI
  1. Stadium Dini

    Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang. Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T.pallidum gagal diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.
  2. Stadium Lanjut

    Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.

E. KLASIFIKASI

Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisital (didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi sifilis dini (sebelum dua tahun), lanjut (setelah dua tahun), dan stigmata. Sifillis akuisita dapat dibagi menurut dua cara yaitu:
  • Klinis (stadium I/SI, stadium II/SII, stadium III/SIII)
  • Epidemiologik, menurut WHO dibagi menjadi:
    • Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I, S II, stadium rekuren, dan stadium laten dini.
    • Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan S III.


F. GEJALA KLINIS

Sifilis Akuisita
  1. Sifilis Dini
    • Sifilis Primer (S I)
    • Sifilis Sekunder (S II)

  2. Sifilis Lanjut


G. PENCEGAHAN

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara lain :
  • Tidak berganti-ganti pasangan
  • Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan pempratikkan ‘protective sex’.
  • Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah yang sudah terinfeksi.


H. PENATALAKSANAAN
Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr, atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.

Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4×500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S II.

I. PROGNOSIS
Prognosis sifilis menjadi lebih baik setelah ditemukannya penisilin. Jika penisilin tidak diobati, maka hampir seperempatnya akan kambuh, 5% akan mendapat S III, 10% mengalami sifilis kardiovaskuler, neurosifilis, dan 23% akan meninggal.

Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95%. Kelainan kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening akan menetap berminggu-minggu.

Kegagalan terapi sebanyak 5% pada S I dan S II. Kambuh klinis umumnya terjadi setahun setelah terapi berupa lesi menular pada mulut, tenggorokan, dan regio perianal. Selain itu, terdapat kambuh serologik.

Pada sifilis laten lanjut, prognosis baik. Pada sifilis kardiovaskuler, prognosis sukar ditentukan. Prognosis pada neurosifilis bergantung pada tempat dan derajat kerusakan.

Sel saraf yang sudah rusak bersifat irreversible. Prognosis neurosifilis pada sifilis dini baik, angka penyembuhan dapat mencapai 100%. Neurosifilis asimtomatik pada stadium lanjut juga baik, kurang dari 1% memerlukan terapi ulang

Prognosis sifilis kongenital dini baik. Pada yang lanjut, prognosis tergantung pada kerusakan yang sudah ada.
lihat artikel tentang - Tinjauan Teoritis: Sifilis
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


BATU EMPEDU / KOLELITIASIS / CHOLELYTHIASIS Operasi Kolesistektomi


BATU EMPEDU / KOLELITIASIS / CHOLELYTHIASIS
Operasi Kolesistektomi

Indikasi operasi batu kandung empedu salah satunya adalah kolelitiasis yang disertai keluhan / simptomatik.

Yaitu nyeri hilang timbul di daerah uluhati atau kanan atas perut. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung atau ujung bahu kanan dapat disertai mual dan muntah2

Operasi dapat dilakukan dengan kolesistektomi laparoskopik / gold standard ; untuk kasus yang sulit atau fasilitas laparoskopik tidak ada maka operasi dilakukan dengan 'open'

Blog ini khusus buat mereka-mereka yang dalam waktu dekat ini berurusan dengan dokter bedah, akan menjalani pembedahan, mempunyai kerabat/saudara yang mau menjalani pembedahan atau buat mereka yang pengen tauk soal bedah .... juga buat pemerhati Ilmu Bedah ... mangkanya ditunggu dong komentarnya ....
lihat artikel tentang - BATU EMPEDU / KOLELITIASIS / CHOLELYTHIASIS Operasi Kolesistektomi
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5


Askep Endometriosis

Endometriosis


1 Pengertian

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta ).

2. Etiologi

Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:

* Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
* Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (7 hari)
* Spotting sebelum menstruasi
* Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
* Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
* Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
* Terpapar Toksin dari lingkungan

Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala endometriosis antara lain :

1. Nyeri :
* Dismenore sekunder
* Dismenore primer yang buruk
* Dispareunia
* Nyeri ovulasi
* Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
* Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
* Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter.

2. Perdarahan abnormal
* Hipermenorea
* Menoragia
* Spotting belum menstruasi
* Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi

3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
* Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
* Darah pada feces
* Diare, konstipasi dan kolik

(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica : Jakarta)


4. Patofisiologi

Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.

Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.

Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.

Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.

Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.

Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.

(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta
Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain :

1. Uji serum
* CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
* Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
* Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang

2. Teknik pencitraan
* Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
* MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
* Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.

(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )


6. Terapi

Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara lain :

1. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah :
* Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
* Progestrogen, seperti provera, primolut
* GnRH
* Pil kontrasepsi kombinasi
* Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping.

2. Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)




Hasil Pencarian Untuk Asuhan Keperawatan Askep Endometriosis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Endometriosis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Endometriosis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Endometriosis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Endometriosis
Tag: search result for asuhan keperawatan askep Endometriosis
lihat artikel tentang - Askep Endometriosis
Konetn 1 Konten 2 Konten 3 Konten 4 Konten 5

Artikel yang berhubungan:

kti